Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"New Village Movement", Rahasia Kota-kota di Korsel Maju Pesat

Kompas.com - 24/09/2014, 09:30 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Semangat dan spiritualitas rakyat Korea Selatan untuk bangkit dari keterpurukan tampaknya harus ditiru Indonesia. Negeri ginseng ini betul-betul memiliki kemauan kuat untuk maju menuju kehidupan lebih baik.

Direktur Pusat Kebudayaan Korea, Rezky Seokgi Kim, mengisahkan, hampir empat dekade lalu, rakyat Korea Selatan masih belum lepas dari paradigma berpikir negatif. Mereka juga begitu kolot dan takut untuk mencoba hal-hal baru.

"Namun, berkat kemauan kuat, kerja keras, dan disiplin, serta dukungan pemerintah, kami bisa bangkit dan menjadi negara maju sekaligus modern. Hampir 90 persen penduduk telah melewati masa pendidikan tingkat SMA," ujar Kim, saat ditemui Kompas.com, Selasa (23/9/2014).

Dia melanjutkan, bangkitnya Korea Selatan tak lepas dari peran Presiden Korea Selatan Park Chung Hee yang melansir gerakan new community movement. Gerakan atau kampanye tersebut lebih dikenal dengan new village movement pada 1970 lalu.

Gerakan tersebut memodernisasi perekonomian perdesaan yang didasarkan pada komunalisme tradisional Korea. Proses modernisasi berlangsung tanpa paksaan, melainkan atas inisiasi warga desan sendiri yang punya keinginan kuat untuk maju.

"New village movement  berusaha untuk memperbaiki disparitas pertumbuhan standar hidup antara pusat-pusat perkotaan dan perdesaan yang miskin. Gerakan ini mempromosikan konsep  self-help dan kolaborasi harmonis antara warga desa dan pemerintah," papar Kim.

Warga desa menginventarisasi kebutuhan, seperti infrastruktur dan hunian, sementara pemerintah menyediakan bahan baku (material bangunan) serta pelatihan di sektor konstruksi. Program new village movement  pertama berlangsung di 33.267 desa, pemerintah memberikan 335 sak semen. Sebanyak 16.600 desa yang menunjukkan keberhasilan kemudian diberikan sumber daya tambahan 500 sak semen dan satu ton jeruji besi.

"Gerakan Desa Baru sangat berperan memperbaiki infrastruktur, membawa fasilitas modern di pedesaan. Lebih dari itu, kini desa-desa tersebut telah bertransformasi menjadi kota-kota dengan kemajuan lebih pesat dan ekonomi yang terus tumbuh, seiring proses industrialisasi dan manufaktur berbasis teknologi tinggi," tambah Kim.

www.skyscrapercity.com Korea Selatan tampil sebagai salah satu raksasa properti Asia. Nilai investasinya mencapai hampir Rp 50 triliun yang tersebar di seluruh dunia.
Modern dan tradisional

Korea Selatan mampu melestarikan nilai-nilai vernakular, kendati kota-kotanya maju dan modern, Terbukti di Seoul, yang notabene merupakan pusat bisnis dan keuangan negara, tidak kehilangan roh kearifan lokalnya.

Di kota itu saat ini masih terdapat bangunan bersejarah bernilai tinggi. Seoul juga dijuluki sebagai "surga pencakar langit" modern dan hanok (rumah tradisional). Kota ini juga kaya akan beberapa bangunan inovatif lainnya yang melambangkan langgam arsitektural modern.

Tak heran, Seoul dianggap sebagai rumah bagi dua situs warisan dunia versi UNESCO, yakni berkat kepemilikan Kuil Jongmyo dan Istana Changdeokgung. Oleh karena itulah, kota tersebut kemudian ditetapkan sebagai Ibu Kota Desain Dunia pada 2010 lalu.

Saat ini, kota dengan populasi 10,5 juta jiwa itu sedang giat membangun pencakar langit dengan ketinggian di atas 200 meter. Bahkan, satu di antara empat pencakar langit tersebut masuk dalam kategori megatall yang menjulang 554,5 meter, yakni Lotte World Tower.

"Pencakar langit memang hanya merupakan simbol, menegaskan status kemajuan ekonomi. Namun, tetap saja, keberadaan pencakar langit ini penting untuk menunjukkan kepada dunia mengenai keberhasilan sebuah bangsa, keberhasilan sebuah perusahaan, dan juga potret etos kerja dan kebudayaan," kata Kim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com