Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Mengapung, Solusi Kelangkaan Lahan

Kompas.com - 19/09/2014, 08:47 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber bbc.com
KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan rumah mengambang, tumbuh pesat dan terus bermunculan di seluruh dunia. Beberapa ahli pembangunan mengatakan, tinggal di permukaan air bisa menjadi pilihan yang lebih berkelanjutan, terjangkau dan dalam banyak kasus, lebih aman daripada membangun di darat.

Belanda, termasuk negara dengan jumlah air yang besar. Hal inilah yang membuat banyak perintis pengembangan properti berbasis air terkonsentrasi di negeri kincir angin ini. "The 75-building community", Waterbuurt, atau masyarakat Danau IJburg Timur Amsterdam, membuat gelombang di seluruh dunia untuk menjadi pengembang pertama atas rumah konvensional berskala besar.

Rumah yang dikembangkan komunitas tersebut, sepenuhnya mengambang di atas air dengan lantai bertingkat, dan uniknya kaca pada dindingnya saling berhubungan dengan trotoar yang mengambang.

Perpindahan masyarakat untuk tinggal di atas air terjadi di sepanjang pantai di seluruh dunia. Walikota London Boris Johnson telah memilih pengembang untuk membangun desa terapung pertama Inggris di Royal Docks London. Perkembangan properti berbasis air, baik perumahan dan komersial, sedang dipertimbangkan untuk dibangun di tempat-tempat lainnya termasuk Boston, Sydney, Helsinki dan Maladewa.

Bukan tanpa alasan, karena mayoritas kota-kota di dunia terletak di sepanjang pantai. Menurut laporan prospek Urbanisasi PBB 2014, akan semakin banyak orang yang tinggal di daerah perkotaan dan tren migrasi terus meningkat. Akibatnya, populasi di kota menjadi lebih padat dan tanah menjadi langka untuk pembangunan properti.

Pada saat yang sama, permukaan air laut meningkat. Tantangan ini menjadi semakin jelas dan nyata dengan adanya bencana alam, seperti ketika Superstorm Sandy membanjiri pusat kota New York City pada tahun 2012. Alih-alih mencoba untuk melawan air, seperti Belanda, secara historis membuat tanggul.

"Pada skala global, ekspansi perkotaan mengambang tampaknya hampir tak terelakkan," kata Bart Roeffen, Direktur Kreatif DeltaSync, sebuah perusahaan yang berbasis di Rotterdam yang berfokus pada pembangunan perkotaan mengambang dan menyediakan penelitian, desain dan jasa konsultasi kepada klien domestik dan internasional.

Sampai saat ini, hidup di atas air, pada sebagian besar masyarakat telah dianggap sebagai gaya hidup alternatif. "Di masa lalu, rumah terapung yang berbentuk seperti cerutu, memiliki langit-langit yang sangat rendah dan terjebak pada satu sama lain di kanal kota. Sekarang, memiliki kenyamanan yang sama seperti rumah biasa di negeri ini, adalah hal yang mungkin," ujarnya.

Positif

Rumah di atas air juga menginspirasi Olaf Janssen, seorang arsitek muda. Dia bersama tim ahli, ikut merancang dan membangun rumah dengan  struktur mengambang di atas kolam. 

Rumah apung ini memiliki dua lantai, tiga kamar tidur, kantor di level paling bawah, jendela bawah air dan teras. "Kami memiliki pandangan spektakuler dan kami tidak perlu khawatir dengan taman," ujar Janssen.

Dia menemukan pengalaman hidup di air sangat positif sehingga pada bulan Juli lalu berani meluncurkan sebuah perusahaan yang fokus pada pembangunan rumah terapung yang disebut Balance d'eau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber bbc.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com