Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BTN Tetap "Eksekutor" Terbesar KPR Rumah Murah

Kompas.com - 22/07/2014, 14:44 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, Maryono, mengatakan bahwa BTN tetap akan menyalurkan pembiayaan rumah murah atau rumah bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kendati pemerintah berencana menghapus skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), perseroan tetap akan menjadi eksekutor terbesar untuk program rumah bersubsidi tersebut.

"BTN mengambil 95 persen dari total pasokan perumahan bersubsidi yang ada dan ini bukti bahwa kami masih memimpin di sektor ini," ujar Maryono di acara buka puasa bersama dan paparan kinerja BTN di Jakarta, Senin (21/7/2014).

BTN mencatat, komposisi KPR bersubsidi BTN per Juni 2014 sebesar 34, 11 persen atau Rp 31, 174 triliun atau naik dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 29, 50 persen atau Rp 26,966 triliun. Sementara itu, untuk KPR non-subsidi sebesar 46,12 persen atau Rp 42, 155 triliun atau naik dari posisi sama tahun lalu sebesar 37,79 persen atau Rp 34, 539 triliun.

"Kredit selebihnya disalurkan untuk sektor konstruksi sebesar 14,22 persen atau Rp 12,995 triliun dan sisanya sebesar 8,26 persen untuk kredit terkait perumahan sebesar Rp 7, 456 triliun." kata Maryono.

Sementara itu, Direktur Kredit BTN, Mansyur Samsuri Nasution, memaparkan bahwa pada akhir semester I-2014 ini angka kredit BTN tercatat lebih tinggi 16,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 88,07 persen dari kredit tersebut mengucur ke kredit pemilikan rumah (KPR).

Menurut Mansyur, total kredit BTN pada semester I ini mencapai Rp 106,58 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibanding semester I tahun lalu sebesar Rp 91,40 triliun.

"Untuk housing loan pada Juni lalu mencapai Rp 93,87 triliun, sedangkan sisanya 11,93 persen atau Rp 12,71 triliun kami salurkan pada non-housing loan," kata Mansyur. 

Sementara itu, Maryono menambahkan, tahun ini BTN semakin memantapkan diri menjadi housing bank (bank perumahan) untuk menjawab tuntutan konsolidasi perbankan. Upaya tersebut semakin kuat mengingat angka kekurangan (backlog) perumahan masih sangat tinggi, yaitu 15 juta unit.

"Tidak semata-mata konsolidasi itu akusisi atau merjer, transformasi yang kami lakukan ke depan juga dapat disebut konsolidasi. Kami sudah semakin siap dengan seluruh infrastruktur, sumber daya dan teknologi untuk mendukung bisnis sebagai housing bank," kata Maryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com