"Investasi adalah membeli untuk mendapatkan profit. Jadi, ketidakpastian dari investasi kita adalah risiko. Harus pintar mengelola risiko itu," kata Ishak dalam acara seminar finansial yang diselenggarakan Sinarmas Land di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Menurut Ishak, risiko investasi terkait dengan kemungkinan mendapatkan actual return (pengembalian investasi)rendah, atau bahkan negatif. Dalam hal ini, properti berada pada tingkat risiko sedang (medium). Sementara itu, komoditi memiliki risiko tertinggi, dan bon pemerintah dianggap hampir bebas risiko.
Meski masih memiliki risiko, namun keuntungan yang bisa diperoleh dari investasi tersebut juga tinggi. Semakin tinggi risiko, biasanya semakin tinggi keuntungannya. Karena itu, Ishak masih menganggap properti sebagai investasi terbaik.
Krisis yang terjadi pada 1998 merupakan contoh ideal atas kerugian dalam investasi properti. Kala itu, harga rumah bisa turun drastis. Bagaimana dengan saat ini? Ishak berpendapat, keadaan stagnan atau melambat juga salah satu bentuk risiko.
Namun begitu, kata dia, properti masih menjadi instrumen investasi ideal lantaran nilai properti bisa naik, sementara tiap bulan investor masih bisa mendapatkan pemasukan pasif. Properti merupakan satu-satunya kebutuhan dasar yang bisa jadi sarana investasi dan memberikan pemasukan pasif setiap bulan.
Memang, kewaspadaan dalam memilih investasi juga penting, begitu pula dengan memperkirakan dan mempersiapkan diri dari risiko masing-masing investasi. Dalam investasi properti pun, calon investor harus memilih jenis investasi tertentu.
"Investasi di properti pun jenisnya macam-macam. Ada residensial, komersial dan industrial, ritel, rural land, dan ada pula yang mengikutsertakan timesharing," ujarnya.
Menurut Ishak, mengetahui tujuan investasi merupakan hal penting ketika memulai investasi. Calon investor harus mengetahui target pengembalian, cara mengatur, dan memiliki rencana keuangan.
Calon investor juga sebaiknya menghimpun informasi sebanyak mungkin mengenai properti tersebut, lokasi, perkembangan harga setempat, dan profil pengembangnya untuk menekan risiko. "Jangan pula melupakan fasilitas utama, infrastruktur, dan ada atau tidaknya bank tanah milik sang pengembang," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.