Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama, Indonesia Hadir di Ajang Bergengsi Venice Biennale

Kompas.com - 02/06/2014, 21:21 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia patut berbangga, sekumpulan arsitek muda menginisiasi untuk tampil di arena bergengsi 14th International Architecture Exhibition La Biennale di Venezia (Venice Biennale) 2014, di Italia. Mereka mempersembahkan karya Craftsmanship: Material Consciousness.

Menurut Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Uni Eropa yang juga merupakan Komisioner kontingen Indonesia, Daliana Suryawinata, keikutsertaan Indonesia kali ini merupakan yang pertama.

"Partisipasi paviliun Indonesia ini merupakan yang pertama kalinya. Inisiatif kami diawali  teman-teman arsitek yang peduli, mulai dari Danny Wicaksono, Ahmad dan Wendy Djuhara,  Endy Soebijono, saya sendiri dan masih banyak lagi," ujar Daliana dalam keterangan tertulisnya melalui surel kepada Kompas.com, Senin (2/6/2014).

Indonesia, lanjut Daliana, harus didukung penuh untuk tampil di ajang bergengsi tersebut. Pasalnya, arsitek Indonesia punya prestasi dengan karya-karyanya yang bagus namun belum begitu populer di mata internasional karena kurang dukungan pemerintah.

Berbeda halnya dengan Malaysia dan Singapura yang meskipun kualitas karya arsitekturnya terbatas, namun selalu tampil di Venice Biennale karena disokong pemerintahnya.

"Untuk itulah, atas inisasi teman-teman, akhirnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ikut mendukung juga keikutsertaan Indonesia. Kami bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kemudian membentuk tim komisioner dan dilanjutkan dengan peluncuran tender (open call) untuk memilih kurator," ungkap Daliana.

Dari sekian banyak proposal yang masuk, terpilih karya Avianti Armand, Achmad D Tardiyana, Setiadi Sopandi, David Hutama dan Robin Hartanto yang berjudul Craftsmanship: Material Consciousness.

Proposal tersebut menjawab tema yang diajukan Rem Koolhaas, sebagai kurator utama Venice Biennale, yakni evolusi arsitektur nasional dalam satu abad terakhir (evolution of national architecture for the past 100 years).

Paviliun Indonesia sendiri menceritakan tentang pengalaman Indonesia dalam membangun sesuatu selama seratus tahun terakhir. Menurut Daliana, tidak dapat dimungkiri bahwa cara Indonesia membangun untuk saat ini tak lepas dari tangan pekerja terampil, serta pengrajin yang terlatih.

"Beberapa memanfaatkan alat-alat yang rumit dan canggih, tetapi masih banyak pula yang mengandalkan sentuhan tangan dan jari. Tema "keahlian" untuk aktivitas "ketukangan" dianggap sebagai kualitas yang menggarisbawahi tindakan membangun di Indonesia yang pada gilirannya menentukan cara kita merancang dan menghargai bangunan," imbuh Daliana.

Tukang (pengrajin) didefinisikan sebagai siapa saja yang terlibat dalam aktivitas membangun dan memiliki komitmen dalam tradisi, teknologi, dan konteks tertentu. Mereka adalah, termasuk di dalamnya, profesional, tukang, pengrajin, pengawas (mandor), kontraktor, dan arsitek.

Di sini, keahlian ketukangan adalah cara alternatif untuk memanusiakan tindakan bekerja. Membawa manusia lebih dekat dengan materi melalui tangan dan alat-alat yang tersedia. Hal ini akan membangkitkan kepekaan kita terhadap tenaga kerja, bahan, lingkungan alam, dan semua yang konkret.

"Keahlian ketukangan bisa menjadi jawaban ekonomi, estetika, dan bahkan etis untuk materialitas. Tema ini terkait erat dengan sejarah arsitektur kita yaitu kayu (pertukangan), batu, batu bata, beton, logam, dan bambu," tandas Daliana.

Anda dapat menjelajah, dan mengapresiasi Paviliun Indonesia ini mulai hari Sabtu, 7 Juni hingga 23 November mendatang.



Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com