Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengerikan, Inilah Contoh "Kota Hantu" di China!

Kompas.com - 23/04/2014, 12:11 WIB
Latief

Penulis

Sumber dailymail
KOMPAS.com - Tak salah penduduk setempat menyebutnya 'The City of the Dead'. Karena memang, ini sebuah lanskap "kota hantu" tanpa penghuni.

Lebih dari 100 vila berdiri kosong setelah dibangun enam tahun lalu untuk penduduk setempat di Kota Beihai, di daerah otonomi Guangxi Zhuang, China. Vila-vila tersebut dibangun untuk memenuhi pertumbuhan orang-orang kaya baru yang diharapkan akan berinvestasi di sektor realestat. 

Vila-vila tersebut dijual dengan harga lebih dari tiga juta Yuan. Memang, saat itu masyarakat China tidak diperbolehkan berinvestasi di luar negeri sehingga telah terjadi bubble atau gelembung realestat.

www.dailymail.co.uk Lebih dari 100 vila berdiri kosong setelah dibangun enam tahun lalu untuk penduduk setempat di Kota Beihai, di daerah otonomi Guangxi Zhuang, China. Vila-vila tersebut dibangun untuk memenuhi pertumbuhan orang-orang kaya baru yang diharapkan akan berinvestasi di sektor realestat.
Dalam upaya melayani mereka yang ingin berinvestasi di properti, seluruh kota telah dibangun lengkap dengan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, jalan raya dan taman-taman hijau. Namun, kehadiran fasilitas tersebut sering tanpa penduduk. Bahkan, kawasan itu berubah menjadi "zona mati" lantaran jarak mereka dengan pusat-pusat ekonomi yang penting itu begitu jauh.

Beberapa pekerja yang bisa mendapatkan sedikitnya 2 dollar AS per hari menginvestasikan tabungannya hanya untuk membeli properti. Namun, mereka tidak dapat memanfaatkannya karena mereka terlalu jauh dari pusat kota. Alhasil, mereka membiarkan bangunan-bangunan dan fasilitas itu tanpa penghuni sama sekali.

www.dailymail.co.uk Kebanyakan penduduk berharap, pertumbuhan nilai properti akan membuat investasi di sektor ini layak dipertimbangkan. Namun sebaliknya, para pengamat percaya bahwa China tengah mengalami kelebihan suplai yang dapat menyebabkan gelembung properti perumahan.
Kebanyakan penduduk berharap, pertumbuhan nilai properti akan membuat investasi di sektor ini layak dipertimbangkan. Namun sebaliknya, para pengamat percaya bahwa China tengah mengalami kelebihan suplai yang dapat menyebabkan gelembung properti perumahan.

Sementara itu, yang lainnya mengatakan bahwa modernisasi China adalah cerita urbanisasi terbesar di dunia yang pernah ada. Kota-kota hantu seperti ini akan segera berkembang menjadi daerah metropolitan.

www.dailymail.co.uk Kebanyakan penduduk berharap, pertumbuhan nilai properti akan membuat investasi di sektor ini layak dipertimbangkan. Namun sebaliknya, para pengamat percaya bahwa China tengah mengalami kelebihan suplai yang dapat menyebabkan gelembung properti perumahan.
Tapi, itu masih harus dilihat kemungkinan ke depannya. Karena, selama enam tahun, dengan tidak ada jiwa yang hidup di dalamnya, vila-vila tersebut akan segera membutuhkan lebih banyak uang untuk merawatnya.

Industri konstruksi tidak hanya mempekerjakan ratusan ribu orang China, tetapi telah membuat ratusan ribu orang lain dipaksa meninggalkan tanah dan rumah mereka untuk membuat jalan bagi proyek-proyek konstruksi.

"Ini sebuah kegilaan. Rumah-rumah yang dibangun itu malah kosong," ujar seorang penduduk lokal yang tinggal di sebuah gubuk kayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber dailymail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Permudah Akses Warga Ciputat, Progress Group Bangun Jalan Penghubung

Permudah Akses Warga Ciputat, Progress Group Bangun Jalan Penghubung

Berita
6,6 Juta Kendaraan Lintasi Tiga Ruas Tol Astra Infra Selama Mudik Lebaran

6,6 Juta Kendaraan Lintasi Tiga Ruas Tol Astra Infra Selama Mudik Lebaran

Berita
[POPULER PROPERTI] 5 Tahun ke Depan, 'Crazy Rich' Indonesia Lampaui Dunia

[POPULER PROPERTI] 5 Tahun ke Depan, "Crazy Rich" Indonesia Lampaui Dunia

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Demak: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Demak: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Hotel
Permintaan Membeludak Pasca-Lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Permintaan Membeludak Pasca-Lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Berita
Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Berita
Meski Tahan Lama, Wastafel 'Stainless Steel' Punya Kekurangan

Meski Tahan Lama, Wastafel "Stainless Steel" Punya Kekurangan

Tips
Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Berita
Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com