Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Bilang Tinggal di Rumah Sempit, Menderita? Ini Buktinya!

Kompas.com - 19/04/2014, 18:14 WIB
Tabita Diela

Penulis

Sumber Houzz.com

KOMPAS.com - Kehadiran rumah yang berukuran sangat kecil memang bisa menimbulkan berbagai efek. Meski relatif praktis dan mampu menjawab minimnya lahan tersedia di kota besar, rumah berukuran kecil justru harganya mahal. Namun, kita singkirkan dulu hal-hal tersebut. Simak kesaksian seorang penghuni rumah berukuran sangat mungil berikut ini.

Sepuluh tahun yang lalu, Dee Williams (51) meninggalkan rumah seluas 1.500 kaki persegi atau sekitar 139,3 m2 untuk tinggal di rumah seluas 84 kaki persegi (sekitar 7,8 m2). Keputusan ini terpaksa dia ambil karena ada begitu banyak kebutuhan yang semakin sulit terpenuhi jika bersikeras tinggal di rumah besar. Williams pun rupanya punya penyakit keras. Karena itu, Williams memutuskan untuk mengevaluasi hidupnya dan menjadi enviromentalist.

Williams menjual rumahnya dan membangun rumah mungil di Olympia, Washington. Berselang sepuluh tahun, ia akhirnya menulis memoar berjudul The Big Tiny: A Built-It-Myself Memoir. Mengenai buku tersebut, dia mengungkapkan, "Saya ingin mengeksplorasi apa yang telah benar-benar ditawarkan (gaya hidup di rumah mungil) itu pada saya, bagaimana saya sekarang ini dibandingkan sepuluh tahun lalu ketika membangun rumah mungil ini."

Keputusan Williams membangun dan tinggal di rumah mungil sebenarnya sangat dipengaruhi oleh penyakit yang dideritanya. Williams belum tentu mampu hidup dalam 30 tahun mendatang. Maka itu, dia enggan memulai cicilan rumah. Selain itu, uang hasil penjualan rumahnya dia gunakan pula untuk melakukan perjalanan ke Guatemala. Di sana, Williams menemukan kemiskinan yang begitu parah. Dia mulai berkeinginan untuk membantu sesama.

Tanpa cicilan rumah dan biaya bulanan, Williams sadar bahwa dia tidak perlu memiliki penghasilan besar. Dia bisa bekerja lebih sedikit dan lebih banyak menikmati kehidupan.

Bentuk rumah super mungil Williams terinspirasi dari gaya hidup barunya yang sangat sederhana. "Saya punya gambaran segitiga di atas persegi, seperti bentuk rumah yang digambar anak-anak. Bagaimana pun, jika saya bisa menciptakan rasa nyaman rumah yang sangat sederhana seperti ini, semua hal membingungkan seperti gagal jantung dan hidup di bawah bayang-bayang kematian menjadi lebih jelas."

Tinggal di rumah yang sangat kecil tidak membuat Williams merasa kesusahan. Dia justru bisa lebih banyak membantu tetangga di lingkungannya. "Jika tetangga saya pindah, saya punya waktu untuk membantunya," ujar Williams.

Di dalam rumah tersebut terdapat dapur mungil dengan satu kompor dan bak cuci, serta sebuah toilet. Toilet ini tidak bisa digunakan untuk mandi. Williams mandi di kantor atau di rumah tetangganya. Selain itu, di dalam rumah ini juga terdapat satu lemari pakaian dengan sedikit isi, dua pasang sepatu, dan baterai tenaga matahari.

"Ini ruang yang luar biasa," ungkap Williams mengenai tempat tinggalnya. "Saya tidak punya tempat untuk menaruh apa pun, jadi saya benar-benar harus memeriksa segala yang saya beli untuk memastikan di mana menaruhnya. Apakah saya akan menggunakannya? Bisakah saya meminjamnya saja? Saya terpaksa memiliki gabungan jenis baru dengan benda-benda".

Williams membuat daftar semua barang yang dimilikinya agar dia tahu persis keperluannya. Dia juga menganjurkan Anda melakukan hal serupa. Selain itu, Williams pun secara rutin mendonasikan barang-barang terutama yang berkualitas baik namun tidak dia butuhkan.

Akhirnya, jelas sudah bahwa ukuran bukan segalanya. "Saya bahagia hanya 85 persen dari waktu, kasarnya tiga ratus hari dalam setahun," ujar Williams dalam bukunya. "Ada masanya saya harap saya punya saluran air atau rumah lebih hangat, atau punya televisi layar plasma, dan ruang yang cukup untuk mengundang semua teman menonton Oscars, toilet yang bisa diguyur, pasokan bir murah tidak terbatas. Saya mungkin menginginkan banyak hal, namun tidak berarti saya membutuhkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Houzz.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com