Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Muda, Peluang Besar Bagi Industri Rumahan

Kompas.com - 17/04/2014, 19:15 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kreativitas bukan semata-mata kemampuan yang diperlukan para entrepreneur. Rupanya, kenekatan juga menjadi salah satu kunci penting jika ingin berhasil berbisnis. Setidaknya, itulah yang dibuktikan oleh pemilik dan pendiri Hello Home, Lia Susetio.

Tentu, selama pelaku bisnis masih jeli menganalisa pasar. Keluarga muda di Indonesia jumlahnya banyak. Jadi, kebutuhan mereka bisa jadi sumber rezeki.

Booth mungil milik Lia yang berada di bawah eskalator Jakarta Convention Center (JCC) menarik perhatian Kompas.com. Di antara booth material bangunan dalam Mega Build Indonesia, Kamis (17/4/2014), booth mungil Lia menawarkan sesuatu yang berbeda.

Tabita / KOMPAS.com Pemilik Hello Home, Lia Susetio, menunjukkan koleksi Hello Home.

Alih-alih menawarkan material bangunan "maskulin" seperti semen, lampu, cat, dan baja, Lia justru menjual dan mengenalkan produk Hello Home buatannya sendiri berupa sarung bantal penuh warna. Bahkan, salah satu sarung bantal tampak bergambar komik Tintin karya Hergé.

Hello Home, bisnis rumahan yang dirintis Lia, merupakan barang-barang kerajinan tangan. Mulai dari sarung bantal, tatakan gelas, karpet, serta keperluan rumah tangga lain yang bisa dipesan khusus. Patokan harga yang ditawarkan pun masih cukup terjangkau, yaitu antara Rp 50.000 sampai Rp 500.000-an.

Lia bercerita, dia baru mulai bisnis ini enam bulan lalu, usai berhenti bekerja. Padahal, belum jelas keuntungan yang bisa dia hasilkan. "Sebenarnya saya mulai berbisnis pada November 2013. Sebelumnya saya memang karyawan swasta, profesional, tapi memang punya passion di sini, jahit dan desain," ujar Lia.

Dia mengaku tidak memiliki latar belakang pendidikan desain interior. Namun, Lia yang sebelumnya bekerja di bidang marketing rupanya tahu bagaimana "menjaring" minat konsumen. Dia menyasar para keluarga muda yang ingin mendekor rumah baru mereka.

"Saya melihat prospeknya masih (bagus), kuenya masih besar, banyak banget keluarga muda yang ingin bikin rumahnya nyaman, ingin mix and match tapi tidak mahal juga. Jadi, memang saya sengaja. Kalau dilihat, barang-barangnya affordable semua," terang Lia.

Lia mengungkapkan, tidak sedikit konsumennya sadar bahwa dia banyak menggunakan corak menarik. Itulah daya tarik terbesar produknya. Lia tidak takut memadukan corak batik, corak geometris, serta gambar kartun. Hal ini memang sengaja dia lakukan karena trennya sedang mengarah ke sana.

"Orang sekarang makin cari barang yang tidak terlalu 'berat'. Mereka pasti cari warna yang lebih terang. Dulu kita lihat rumah orangtua kita warnanya gelap, ukir-ukiran. Sekarang, kombinasi antara lokal sama apa yang kita lihat di luar. Mungkin banyak barang yang minimalis tapi dikombinasikan dengan sentuhan lokal. Seperti bambu ini dari Bali atau Jogja. Dikombinasikan dengan produk Ikea juga oke," imbuhnya.

Lantas, berapa banyak yang bisa dihasilkan Lia setiap bulan? Menurutnya, omzet tiap bulan saat ini bisa mencapai lebih dari Rp 50 juta. "Sejauh ini saya sudah mulai berani menggaji diri saya sendiri. Bulan-bulan pertama saya belum gajian, sekarang sudah gajian," ungkapnya sambil tertawa. Lia bahkan sudah punya rencana mendistribusikan produknya lewat seorang kawan di Australia. "Tapi masih wacana," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com