Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diakui, Investor Lebih "Gesit"....

Kompas.com - 11/04/2014, 17:45 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dominasi investor pada penjualan apartemen merupakan fenomena biasa. Hal tersebut dikatakan oleh Presiden Direktur Senopati Aryani Prima, Lukman Purnomosidi, menanggapi tingginya angka penjualan apartemen yang tidak imbang karean lebih didominasi oleh investor. 

"Itu biasa, bukan hal luar biasa. Adalah alamiah bahwa pembeli properti itu ada dua segmen, yaitu end users dan investor. Hal semacam itu saat ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tapi juga di semua kota, di seluruh dunia," kata Lukman kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat 11/4/2014).

Lukman mengatakan, antara permintaan dan kebutuhan properti untuk pasar Jakarta cukup baik. Hanya, dia mengakui, ketika sektor properti diprediksi optimistis, biasanya investor tampil lebih "gesit". Mereka bergerak lebih cepat ketimbang end user (konsumen akhir). 

"Terakhir-terakhir ini ini dipicu oleh keruwetan transportasi yang kurang memberikan kepastian, apalagi kenyamanan kepada masyarakat, ini yang seharusnya menjadi perhatian bersama, yaitu bagaimana suplai diperbanyak agar masyarakat lebih punya banyak pilihan," ujar Lukman. 

Untuk menciptakan kondisi pasokan lebih banyak, tugas tersebut dipikul bersama bersama antara sektor swasta dan pemerintah. Swasta harus membangun, sedangkan pemerintah perlu memberikan dukungan infrastruktur kota dan kemudahan perizinan pembangunan. 

"Khusus perkotaan, Program 1000 Menara Rumah Susun itu harus dihidupkan lagi. Menghidupkan lagi program tersebut berarti membantu secara konkret kebutuhan masyarakat sekaligus mengurangi subsidi BBM di di perkotaan," kata Lukman.

Seperti diberitakan Kompas.com, investor masih mendominasi pembelian apartemen di Jakarta pada kuartal I Tahun 2014 (Tak Imbang, Pembeli Apartemen Lebih Banyak Investor!). Jumlah pembeli dengan motif investasi lebih besar ketimbang pengguna akhir (end user).

Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengungkapkan fenomena pembeli apartemen tersebut di Jakarta, Senin (7/4/2014). Indikasi yang memperkuat kecenderungan tersebut adalah makin banyaknya apartemen dibeli dengan skema pembayaran kontan bertahap.

"Minat beli apartemen cukup tinggi. Investor sangat mendominasi pembelian apartemen, karena properti jenis ini sekarang cuma jadi barang komoditas. Apartemen disimpan untuk kemudian dijadikan instrumen investasi. Terlebih, jika lokasinya bagus dan pasar sekundernya hidup, maka apartemen tersebut dapat disewakan kembali dengan harga tinggi," jelas Ferry.

Pembeli investor ini, lanjut Ferry, mengharapkan keuntungan dari modal yang sudah mereka keluarkan. Keuntungan akan mereka dapatkan saat apartemen yang dibeli mengalami kemajuan pembangunan. Semakin cepat kemajuan, kian tinggi dan cepat pula keuntungan diperoleh.

"Para pengembang akan secara otomatis menyesuaikan (menaikkan) harga jual dengan kemajuan tahapan konstruksi. Kenaikan harga secara bertahap ini, jelas menjadi stimulan menarik buat investor. Apalagi jika gedung apartemen tersebut beroperasi, perubahan harga akan semakin melejit," tambah Ferry.

Tak heran, dari 141.492 unit pasokan apartemen pada kuartal I 2014, sebanyak 94 persen ludes terjual. Sementara itu, untuk apartemen yang masih dalam tahap konstruksi dan dijadwalkan kelar pada 2017 mendatang, tingkat serapan pasarnya sudah mencapai 70 persen dari total 62.197 unit.

"Kondisi inilah yang memacu pasar apartemen dikuasai investor. Minat beli tinggi, proyek banyak, pertumbuhan harga juga melejit," tambah Ferry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com