Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB: Rumah Tradisional Lebih Tahan Gempa

Kompas.com - 11/02/2014, 18:52 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terkait bencana gempa yang kerap melanda bumi Nusantara dan menyebabkan ribuan bangunan rusak, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, mengatakan pentingnya untuk kembali kepada kearifan lokal.

"Kearifan lokal merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihilangkan dalam upaya menanggulangi bencana. Namun sayangnya, sampai saat ini, belum banyak kearifan lokal yang diadopsi untuk pembangunan rumah tahan gempa yang dibangun di Indonesia," ujar Maarif dalam diskusi "Indonesia: Peta Bencana dan Antisipasi," di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (11/2/2014).

Lebih lanjut, Maarif mengatakan, saat ini di pedesaan sudah jarang ditemukan rumah-rumah tradisional dengan arsitektur vernakular yang sebenarnya terbukti ampuh menanggulangi bencana. Padahal, negara semodern Jepang saja masih mengadopsi model rumah tradisional.

"Jepang kan rumahnya terbuat dari bahan semacam triplek. Setelah kejadian gempa di Fukushima (2011), saya sempat ke sana. Jadi ada rumah yang sampai benar-benar tergeser tapi orang yang ada di dalamnya tidak apa-apa," kata Maarif.

Jadi, kata Maarif, sebenarnya jangan sampai kearifan lokal tergerus oleh modernisasi. Jangan takut gempanya, karena yang penting struktur rumahnya.

Selain itu, sebagai negara yang terletak di kawasan rawan bencana, dilewati sesar aktif dan juga gempa daratan, sudah sepatutnya warga Indonesia memiliki pemahaman yang baik dan dapat mengantisipasi sedari awal bencana yang sebenarnya telah rutin terjadi.

Maarif pun mencontohkan sebuah daerah di Makassar, Sulawesi Selatan, yang masyarakatnya menggunakan rumah panggung karena sadar jika wilayah tempat tinggalnya rawan akan bencana banjir.

"Ada banjir setiap bulan pun tak masalah dan tak ada yang mengeluh, karena mereka sudah paham bahwa daerah tersebut adalah daerah yang rawan bencana. Pihak yang mendistribusikan logistik pun, tinggal memberikannya dari rumah ke rumah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com