Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangkap Pasar Kondotel dari Pesatnya Bisnis Perkantoran

Kompas.com - 07/10/2013, 12:23 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dedi Setiadi, CEO GKA Land, mengaku beruntung aturan pengetatan loan to value (LTV) tidak berpengaruh pada penjualan proyek terbarunya The Bellevue Radio Dalam di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Dari 200 unit apartemen dan kondominium hotel (kondotel) yang dijual dalam proyek di salah kawasan premium tersebut, 90 persen sudah laku terjual jauh sebelum aturan itu diberlakukan oleh Bank Indonesia pada 1 Oktober 2013 lalu.

"Penjualan habis setelah peraturannya diberlakukan, karena kami sudah meluncurkannya sejak setahun lalu," ujar Dedi kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (7/10/2013).

Di sisi lain, lanjut Dedi, sebetulnya LTV lebih berpengaruh besar pada produk-produk properti hunian dari harga Rp 200 juta ke bawah yang mengandalkan skema kredit pemilikan rumah (KPR). Di atas patokan itu, baik pengembang maupun konsumen tidak ada masalah.

"Yang di kelas middle, untuk harga di kisaran Rp 300 juta sampai Rp 1 miliar tidak terpengaruh. Seperti di sini (The Bellevue Radio Dalam), hanya 10 sampai 15 persen saja yang menggunakan KPA, karena lebih banyak yang menggunakan tunai keras," ujar Dedi.

Dedi mengatakan, ceruk bisnis bisnis kondominium hotel (kondotel) di kawasan premium Pondok Indah saat ini masih terbuka lebar. Sebagai salah satu pemainnya, PT Bina Usaha Nusantara membangun proyek apartemen dan kondotel terbaru, The Bellevue Radio Dalam. Dengan investasi Rp 150 miliar, proyek ini dirancang untuk 200 unit apartemen dan kondotel.

"Dari 200 unit itu, 80 persen kami jadikan kondotel dan 20 persennya untuk apartemen. Kami yakin ini potensial, karena kenaikan penjualannya mencapai 70 persen sejak diluncurkan tahun lalu," ujar Dedi.

Bina Usaha Nusantara merupakan join development antara GKA Land dan Best Prima Indonesia yang terafiliasi dengan perusahaan pengembang Gapura Prima Group. Untuk pengelolaan kondotel ini, Bina Usaha Nusantara menunjuk Best Western International.

Direktur Utama Best Prima Indonesia, Arvin F Iskandar, mengatakan bahwa tingginya potensi bisnis kondotel di kawasan Pondok Indah dipicu oleh pesatnya perkembangan bisnis perkantoran di kawasan TB Simatupang saat ini. Sejauh ini, ceruk perhotelan di kawasan tersebut lebih banyak didominasi hotel-hotel lama dan bukan kelas premium.

"Kebanyakan hotel-hotel lama dan itu tentu tidak menampung kebutuhan untuk bisnis MICE. Kami ingin isi ceruk itu, menangkap kebutuhan pasar dari kawasan TB Simatupang," ujar Arvin. 

Saat ini, untuk hotel bintang empat di kawasan Pondok Indah hanya Hotel Kristal di Terogong, sementara yang lainnya jauh di kawasan Blok M atau ke arah Jakarta Barat. Adapun Hotel Mercure di TB Simatupang pun baru setahun dibangun.

Dibangun di atas lahan seluas 4000 meter persegi, setinggi 10 lantai dan 2 basement, The Bellevue Radio Dalam mengandalkan kedekatan jarak dengan koridor bisnis baru TB Simatupang dan Jakarta Outer Ring Road (JORR). Dengan ukuran mulai 30 m2 hingga 90 m2, The Bellevue Radio dipasarkan seharga Rp 35 juta per meter persegi dan ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun depan atau April 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com