Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris... Permukiman Kumuh di Gemerlapnya Silicon Valley!

Kompas.com - 09/09/2013, 17:50 WIB
Tabita Diela

Penulis

Sumber Dailymail
KOMPAS.com — Akhir Agustus lalu, Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa perekonomian Amerika Serikat saat ini tengah membaik. Hal tersebut tampak dalam peningkatan keuntungan perusahaan, harga saham, dan penguatan mata uang dollar AS terhadap berbagai mata uang negara lain, termasuk rupiah.

Namun demikian, di saat sama, data menyebutkan bahwa dalam dua tahun terakhir jumlah tunawisma di AS justru bertambah sebanyak 20 persen. Silicon Valley menjadi saksi bisu adanya peningkatan jumlah tunawisma di Amerika Serikat.

Hal ini terdengar istimewa lantaran Silicon Valley merupakan daerah pusat berkembangnya perusahaan-perusahaan raksasa teknologi. Tidak hanya perusahaannya, tempat tinggal mewah para CEO dan pesohor terkait perusahaan tersebut juga ada di daerah ini.

www.dailymail.co.uk Di kawasan itu, setidaknya, ada sekitar 7.600 tuna wisma tidur beratapkan langit di wilayah Santa Clara County, California. Khususnya di Paolo Alto, tepatnya di jantung kekayaan Silicon Valley, media tersebut mencatat ada 157 tuna wisma berada di sana.
Untuk menguak fakta tersebut, beberapa wartawan Business Insider menghabiskan waktu seminggu untuk tinggal dan mengenal penduduk The Jungle, sebuah wilayah kumuh di daerah Silicon Valley, San Jose, California, AS. Business Insider menyebutkan, The Jungle merupakan salah satu area perkemahan tunawisma terbesar di Amerika Serikat.

Di kawasan itu, setidaknya, ada sekitar 7.600 tunawisma tidur beratapkan langit di wilayah Santa Clara County, California. Khususnya di Palo Alto, tepatnya di jantung kekayaan Silicon Valley, media tersebut mencatat ada 157 tunawisma berada di sana.  

Khususnya bagi mereka yang tinggal di The Jungle, mereka datang dari berbagai latar belakang. Menurut profil yang dipublikasikan oleh www.dailymail.co.uk, ada seorang tukang kayu, tukang bangunan, dan ada pula seorang pengusaha yang jatuh bankrut hidup di sana. Mereka kini tinggal di kemah-kemah dan konstruksi menyerupai bedeng beralaskan tanah.

www.dailymail.co.uk Hal ini terdengar istimewa, lantaran Silicon Valley merupakan daerah pusat berkembangnya perusahaan-perusahaan raksasa teknologi. Tidak hanya perusahaannya, tempat tinggal mewah para CEO dan pesohor terkait perusahaan tersebut juga tinggal di daerah ini.
Hunian tersebut penuh berbagai barang-barang pribadi milik penghuninya. Meskipun tampak tidak permanen, masing-masing penghuni The Jungle memiliki teritorinya sendiri. Teritori mereka dibatasi dengan pagar sederhana.

Berdasarkan foto-foto yang beredar melalui situs Business Insider serta video dari www.billmoyers.com, tampak bahwa kondisi yang harus dihadapi sebagian warga AS di wilayah kumuh Silicon Valley ini begitu mengenaskan. Hunian-hunian kumuh di lokasi ini kebanyakan dibangun dari lembaran-lembaran kayu dan terpal.

www.dailymail.co.uk Berdasarkan foto-foto yang beredar melalui situs Business Insider, serta video dari www.billmoyers.com, tampak bahwa kondisi yang harus dihadapi sebagian warga AS di wilayah kumuh Silicon Valley ini begitu mengenaskan. Hunian-hunian kumuh di lokasi ini kebanyakan dibangun dari lembaran-lembaran kayu dan terpal.
Uniknya, hunian berbahan kayu merupakan karya tukang kayu bernama Troy. Dia membuat rumah kayu di atas pohon, sementara tukang bangunan membuatkan tangga untuk mengakses beberapa bagian hutan yang curam. Namun, sekali lagi, menurut Business Insider, wilayah tersebut kini sudah dibersihkan kembali oleh pemerintah setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Dailymail
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com