Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar "Tangisan Bombay" Tak Terjadi Lagi, Bazaar Bhendi Ditata Kembali

Kompas.com - 21/08/2013, 12:17 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

MUMBAI, KOMPAS.com - Pembenahan kawasan kumuh padat penduduk tampaknya menjadi masalah akut perkotaan yang terjadi di kota-kota negara berkembang. Masalah menjadi pelik bila solusi hanya terbatas pada relokasi penduduk namun, justru mencerabut kehidupan mereka  dari akarnya.

Jakarta memiliki Tambora sebagai kawasan kumuh dengan penduduk terpadat di Asia Tenggara. Sementara Mumbai yang dulu dikenal dengan sebutan Bombay, India, punya Bazaar Bhendi. Wilayah ini sarat dan sesak dengan bangunan bobrok dan berisiko runtuh sewaktu-waktu.

Jelas, pembenahan kawasan kumuh padat penduduk bukan semata tugas pemerintah. Pihak swasta juga diharapkan terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, inisiatif filantropi yang bertujuan mengurangi masalah perkotaan ini patut mendapat apresiasi.

Adalah Saifee Burhani Upliftment Trust yang menggagas pengembangan kembali Bazaar Bhendi. Memang, proyek pembangunan ini berskala besar untuk tidak dikatakan ambisius, membutuhkan dana setidaknya 472,8 juta dollar AS atau setara Rp 5,024 triliun.

Bangunan-bangunan kumuh yang menutupi area seluas 16,5 hektar akan dirobohkan dan diganti dengan gedung-gedung pencakar langit modern.

"Kami berencana mengerjakan proyek ini dalam waktu maksimal lima tahun sejak mendapatkan semua persetujuan. Kami mengharapkan perizinan dan persetujuan pihak berwenang selesai akhir tahun ini. Sehingga pekerjaan konstruksi bisa dilakukan kuartal I tahun 2014," kata Shaikh Abdeali Bhanpurawala, Sektretaris Saifee Burhani Upliftment Trust.

Pasca pembongkaran tujuh belas bangunan, Saifee Burhani Upliftment Trust melanjutkannya dengan pekerjaan pra-konstruksi serta membangun sebuah kompleks sebagai fasilitas akomodasi dan ruang aktifitas bisnis sementara bagi penduduk sekitar.

Di atas lahan seluas itu, nantinya akan dibangun sebanyak 3.200 rumah dan 1.250 unit ruang komersial. Penyewa yang tinggal dan bekerja di Bhendi Bazaar akan direlokasi ke kompleks baru ini.

Inisiatif Saifee Burhani Upliftment Trust merupakan bentuk katalisasi pembaruan perkotaan untuk meningkatkan kualitas hidup, properti dan infrastruktur. Dan Mumbai merupakan subyek pembangunan kembali selama bertahun-tahun.

Country Director Jones Lang LaSalle India, Anuj Puri mengatakan
populasi yang tumbuh cepat mengakibatkan permintaan hunian juga meningkat. Namun, karena keterbatasan lahan, memaksa pembangunan kembali properti lama, mendesak direalisasikan.

Pemerintah Maharashtra, Negara Bagian di mana Mumbai berada, telah mengambil langkah besar untuk menangani masalah perkotaan dengan inisiatif 'pengembangan klaster'. Pembangunan klaster adalah nama lain untuk pembangunan kembali sekelompok struktur dalam area tertentu. Pengembangan klaster, seperti yang sedang dilakukan di Bhendi Bazaar, lebih rumit dari pembangunan kembali bangunan tua bersifat individual.

Dengan skema pengembangan klaster Maharashtra, pengembang perlu menyiapkan rencana induk wilayah, membuat ketentuan yang memadai untuk infrastruktur yang mendukung. Selanjutnya, pengembang perlu membebaskan biaya sewa rumah untuk penduduk asli setempat.

Namun, tantangan terbesar bagi perkembangan klaster adalah identifikasi penerima manfaat. Misalnya, merelokasi mereka ke tempat penampungan sementara. Ini merupakan proses yang panjang dan padat modal.

Meski sudah melakukan pra konstruksi, Saifee Burhani Upliftment Trust mengatakan belum menunjuk pengembang untuk proyek tersebut, tetapi kemungkinan akan memberikan kontrak kepada sebuah perusahaan India yang mengetahui seluk beluk konstruksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com