Berdasarkan ilmu fengsui, bangunan yang berada lebih rendah dari jalan memiliki energi yang buruk. Derasnya angin dari kendaraan yang melintas di jalan tersebut membawa debu yang memang suka berkumpul di tempat lebih rendah.
Debu merupakan energi buruk dan menjadi semakin buruk karena tingkat polusi udara yang tinggi di kota-kota besar. Ditambah lagi dengan risiko terkena banjir atau rob untuk daerah-daerah tertentu.
Energi yang buruk itu menyebabkan penghuni sebuah rumah sering sakit, tidak nyaman beristirahat, memicu pertengkaran atau cekcok, meningkatkan tingkat kecemasan, dan lain-lain sehingga akan ada banyak gangguan dalam bekerja dan berumah tangga. Maka dari itu, sangat sulit bagi seseorang meraih kesuksesan jika menempati rumah yang berenergi buruk tersebut.
Energi yang baik, yang dapat meningkatkan kualitas hidup penghuninya, adalah energi yang mengalir lembut dan bersih (tidak berbau dan berdebu). Keadaan ini akan memberikan pengaruh positif bagi penghuninya, seperti perasaan nyaman, dapat tidur nyenyak, menjauhkan dari pertengkaran, serta jarang sakit. Jika sebuah keluarga tidak betah tinggal di sebuah rumah (lebih senang pergi), bisa saja salah satunya disebabkan ada kesalahan pada fengsui rumahnya.
Oleh karena itu, terdapat kondisi kualitas bangunan yang kontras, antara kompleks perumahan yang lebih rendah dan yang sejajar/lebih tinggi dari jalan. Memang, kebanyakan (tidak semua) kompleks perumahan yang berada lebih rendah daripada jalan punya kondisi kumuh dan seolah tidak berkembang. Sementara itu, kompleks perumahan di perbukitan (lebih tinggi dari jalan) lebih terkelola dengan baik, terlihat lebih rapi dan bersih.
Solusi
Ada tiga solusi bagi sebuah bangunan yang berada lebih rendah dari jalan. Solusi pertama, pindah lokasi. Kedua, membangun rumahnya ke atas (di tingkat) dengan meletakkan dapur, ruang makan, dan kamar tidur di lantai atas sehingga ketiga ruangan tersebut berada lebih tinggi dari jalan. Ketiga, menata ruangan dengan memerhatikan kualitas bintang terbangnya.
Dibandingkan dengan solusi pertama dan kedua, solusi yang ketiga ini relatif lebih praktis. Meski demikian, solusi yang ketiga ini kiranya dijadikan pilihan terakhir dengan mempertimbangkan efektivitasnya.
Banyak orang beranggapan, tingkat kesuksesan seseorang dilihat dari menentukan rumah yang ditinggalinya, bukan rumah yang ditinggali menentukan tingkat kesuksesannya. Hal ini analog dengan lebih dulu mana, telur atau ayam.
Untuk menyikapi anggapan tersebut, Anda cukup mencari jawaban atas pertanyaan: mengapa orang mampu memilih tinggal di daerah perbukitan/lebih tinggi dari jalan, tidak di rumah yang berada di bawah jalan?
Kunci jawabannya adalah masalah kenyamanan. Tidak dapat dimungkiri bahwa kenyamanan (yang salah satunya diperoleh dengan penggunaan prinsip fengsui secara benar) merupakan pertimbangan utama seseorang dalam memilih dan menata tempat tinggal.
(Penulis adalah ahli fengsui/lindakusuma2000@yahoo.com)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.