SURABAYA, KOMPAS.com - Pesona Surabaya tak akan habis. Kendati harga lahannya sudah selangit, namun tak membuat investor dan pelaku bisnis properti gentar. Kota ini telah mewujud menjadi kota yang "bersahabat" untuk investasi.
Menariknya, jika di beberapa kawasan "produktif" lainnya di Indonesia seperti Jadebotabek, transaksi paling aktif dialami oleh properti bersegmen menengah dan menengah bawah, di Surabaya justru terjadi di kelas premium. Rumah-rumah mewah yang ditawarkan di Citraland (Grup Ciputra), Graha Famili (Intiland Development), Bukit Darmo Golf Estate (Bukit Darmo Property), dan MoCa (Grup Dian Istana) seharga lebih dari Rp 1,5 miliar, laris terserap pasar.
Prinsipal Era Tjandra Surabaya Daniel Sunyoto mengaku pihaknya kerap dihubungi konsumen yang mencari properti (rumah tapak) dengan kisaran harga Rp 1,5 miliar-Rp 15 miliar. Bahkan, ia mengungkapkan beberapa kali membukukan transaksi di atas Rp 25 miliar per unit untuk rumah-rumah di Graha Famili dan Dian Istana.
"Perbedaan perilaku konsumen kelas menengah dan premium adalah motivasi membeli. Kelas premium biasanya membeli rumah untuk didiami entah oleh anak-anaknya, orang tua atau mereka sendiri. Sementara kelas menengah, justru untuk investasi. Berbeda dengan kelas bawah, yang jelas merupakan pasar riil perumahan," imbuh Daniel kepada KOMPAS.com, Senin (29/4/2013).
Tingginya harga-harga rumah di Surabaya, khususnya wilayah barat dipicu oleh lonjakan harga lahan hingga 50 persen. Saat ini, harga lahan sudah mencapai Rp 8 juta-Rp 10 juta per meter persegi dari sebelumnya Rp 5 juta-Rp 7 juta/m2.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.