Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hebat... Tangga Diinjak, Lampu Daruratnya Menyala!

Kompas.com - 11/04/2013, 15:33 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Kebakaran gedung rawan memakan korban jiwa dalam jumlah besar. Salah satu penyebab korban berjatuhan tidak selalu karena api yang terlanjur menyebar.

Terjebak dalam asap tebal tanpa penerangan cukup membuat korban kesulitan menyelamatkan diri dan keluar dari gedung. Tanpa listrik dan minimnya ketersediaan lampu darurat sangat berpotensi menimbulkan akibat fatal.

Salah satu cara mengantisipasi hal tersebut, Peneliti Puslitbang Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum Edi Supendi saat ini telah mengembangkan teknologi tangga darurat yang mampu menyala tanpa listrik maupun baterai. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan akan minimnya ketersediaan lampu darurat di tengah peristiwa-peristiwa bencana alam saat ini.

"Jadi, sistemnya dari energi kinetis ke energi listrik. Pada saat tangganya diinjak, mekaniknya itu memutarkan dinamo. Lampunya dipasang di setiap anak tangga, berupa lampu LED. Anak tangga keberapapun yang terinjak, semua anak tangga akan menyala," kata Edi di sela-sela acara "Kolokium dan Launching Hasil Litbang Bidang Permukiman 2013" di Bandung, Rabu (9/4/2013).

Lampu ini merupakan salah satu produk yang diluncurkan Balitbang di acara tersebut. Tanpa butuh aliran listrik dari PLN maupun baterai, lampu tangga darurat yang disebut dengan 'Lagadar' ini mampu membantu kelancaran evakuasi pada saat menghadapi kondisi darurat.

Lampu ini juga tidak membutuhkan perawatan khusus. Pemasangannya pun dapat diterapkan pada semua tangga darurat.

"Ide pertama muncul karena ada teman bertanya, apakah mungkin membuat tangga yang begitu diinjak langsung menyala," tutur Edi.

Awalnya, Edi melanjutkan, ia berencana menggunakan tenaga batere. Sayangnya, penggunaan batere akan membutuhkan pemeliharaan.

"Kalau ini Insya Allah tanpa pemeliharaan karena tanpa baterai dan listrik. Dari situ kemudian berkembang, bahwa tangga ini bisa digunakan untuk di daerah-daerah yang menghadapi kondisi darurat atau gedung-gedung tinggi," ujar Edi.

"Karena, kenyataannya, pada saat darurat lampu di gedung-gedung tinggi itu tidak menyala. Walaupun, di situ ada aturan harus berkala pemeliharaannya," tambahnya.

Edi juga menjelaskan, bahwa biaya produksi lampu ini bergantung pada ukurannya. Untuk pembangkit listriknya sendiri itu bisa mencapai sekitar Rp 2 juta.

"Paling tidak itu bisa untuk 10 anak tangga. Kalau pijakannya sendiri tergantung ukuran. Kalau ukuran pijakan 1 meter kali 20 cm, harganya kira-kira antara Rp 1 jutan. Itu juga tergantung bahan konstruksinya. Bila mau lebih murah lagi, tentu bisa," ujarnya

Edi bilang, karena baru diluncurkan, produk Lagadar ini belum diproduksi secara masal. Dia mempersilahkan berbagai pihak yang berminat untuk meghubungi Pusat Litbang Permukiman (Puskim).

Baca juga: Melupakan Nenek Moyang yang Terlalu Jenius

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com