JAKARTA, KOMPAS.com - Walikota Palembang, Eddy Santana, mengatakan jika pemerintah tidak melakukan intervensi, sampai mati pun masyarakat miskin tidak akan memiliki rumah. Berbekal keyakinan tersebut, Eddy serius menyediakan rumah cetak 300 unit untuk mengentaskan kawasan kumuh di Kota Palembang.
Ditemui di Kantor Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), Jakarta, Rabu (25/7/2012), Eddy menceritakan, awal usahanya menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan tidak tetap sangat sulit. Kesulitan terbesar adalah untuk bergerak di kawasan padat penduduk.
"Jadi, seperti tidak ada rasa percaya masyarakat ke pemerintah. Setiap kami pindahkan, mereka kembali lagi di kawasan kumuh itu. Kami pernah bangun rumah di Jakabaring yang letaknya hanya 6 kilometer dari kota, mereka tidak mau karena sudah puluhan tahun tinggal di situ," kata Eddy.
Akhirnya, cerita Eddy, Pemerintah Kota Palembang memutuskan akan menggarap kawasan kumuh di perkotaan secara bertahap. Jika ada lahan menganggur atau lahan kosong, pihaknya akan membeli dan memgubahkan menjadi permukiman penduduk.
Saat ini, pihaknya menyiapkan sekitar 4 hektare lahan untuk pembangunan rumah cetak bagi masyarakat berpenghasilan tidak tetap seperti para pedagang, tukang becak, tukang perahu dan lainnya. Unit rumah yang baru terbangun sebanyak 150 unit dari target 2012 sebanyak 300 unit rumah.
Sebagai informasi, harga rumah untuk masyarakat berpenghasilan tidak tetap dengan tipe 36/72 ini mencapai Rp 40 juta. Komposisinya adalah harga lahan mencapai Rp 7,2 juta - Rp 10 juta, harga bangunan rumah cetak mencapai Rp 25 juta, sementara biaya IMB dan sertifikat tanah digratiskan, dan listrik dalam proses negosiasi. Angka ini bisa lebih ditekan bila luas tanah dikecilkan menjadi 36/60.
"Kami menawarkan keringanan kredit bagi masyarakat berpenghasilan tidak tetap ini. Mereka tidak sanggup bayar Rp 300.000 per bulan, tapi bisa mencicil Rp 10.000 per hari," katanya.
Eddy mengatakan, masyarakat berpenghasilan tidak tetap yang kesehariannya memiliki penghasilan minimal Rp 50.000 ini mulai mencicil Rp 10.000 per hari. Formula ini dapat berjalan, karena ada lembaga penjaminnya, yakni PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (PT SP2J). Ia bilang, masyarakat antusias mengangsur dengan pola kredit harian untuk mencicil harga rumah Rp 40 juta.
"Kalau mereka mau meninggalkan rumah ini, harga rumahnya bisa mencapai dua kali lipat harga. Mereka juga antusias karena tidak ada MBR yang kreditnya macet," ujarnya.
Selain membangun rumah cetak di kawasan kumuh, Eddy mengatakan pemerintah kota juga menata lingkungan tempat tinggal dengan memperbanyak ruang publik serta memberdayakan masyarakat untuk berwirausaha.
"Kami mencoba mengajarkan para ibu untuk berwirausaha, ada yang akhirnya berdagang buah-buahan, ada pula berdagang model empek-empek dengan penghasilan Rp 30.000 per hari," katanya.
Bagi Eddy, usahanya ini tak lepas dari kewajiban pemerintah melakukan intervensi terhadap masyarakat berpenghasilan tidak tetap.
"Kalau pemerintah tidak melakukan intervensi, mereka tidak akan punya rumah dan kehidupan yang layak begitu juga keturunannya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.