Gedung Pencakar Langit Jadi Tren di Asia

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena gedung perkantoran dengan ketinggian di atas 150 meter tengah menjadi tren di seluruh dunia. Menariknya, perkembangan gedung pencakar langit atau disebut skyscrapers ini banyak bermunculan di kawasan Asia.

"Fenomena gedung pencakar langit ini menarik, karena banyak dibangun justru di Asia. Di luar Asia, yang tertinggi gedung Empire State Building di New York," kata Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle Indonesia, dalam paparan kuartal II - 2012 di Jakarta, Rabu (18/7/2012).

Anton mengatakan, negara-negara di Asia justru ambisius dengan proyek gedung pencakar langit. Berdasarkan data yang dihimpun konsultan properti Jones Lang LaSalle, sampai tahun 2020 skyscrapers paling banyak dibangun di Hongkong dengan 300 gedung skycrapers, Shanghai dengan 150 gedung, Dubai dengan 150 gedung, dan New York sebanyak 250 gedung.

Menurut Anton, gedung tertinggi di dunia saat ini adalah Burj Khalifa di Dubai. Namun, ke depan diprediksi muncul pesaing lainnya, salah satunya adalah The Kingdom Tower di Jeddah. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Anton mengatakan, Indonesia pun sebetulnya tak ketinggalan karena akan memiliki skyscrapers bernama Signature Tower yang dibangun oleh PT Danayasa Arthatama. Gedung berketinggian 638 meter ini akan menjadi lima gedung tertinggi di dunia pada 2020 nanti.

Ia mengakui, meskipun masih sekitar delapan tahun lagi, Indonesia, khususnya Jakarta, akan memiliki gedung tertinggi. Di Jakarta pun saat ini marak dengan pembangunan skyscrapers. Menurut dia, perkembangannya cukup tinggi karena pada 2009 masih berjumlah 40 gedung, kini pada 2012 mencapai 75 gedung. Pada 2020 diprediksi gedung tinggi di Jakarta akan mencapai 250 gedung.

Adapun gedung tertinggi di Jakarta saat ini masih dipegang oleh Wisma 46 dengan ketinggian 262 meter, disusul gedung Menara BCA dengan ketinggian 230 meter dan posisi ketiga adalah gedung Equity Tower dengan ketinggian 220 meter. Ketiga gedung tinggi ini peruntukkannya untuk perkantoran.