Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pecatu, Destinasi Turis Incaran Investor Properti

Kompas.com - 17/07/2012, 14:29 WIB

KOMPAS.com - Kawasan Pecatu, Uluwatu, Bali, terus berbenah diri. Lahan perbukitan seluas ribuan hektar bertransformasi menjadi hunian bernilai milaran.

Investor lokal saat ini terus mengincar kawasan tersebut untuk dijadikan lahan investasi properti jangka panjang, terutama hotel, kondotel, vila, serta juga resor. Potensi itu ditingkatkan, lantaran turis asing dan lokal juga semakin banyak yang melirik kawasan ini sebagai tujuan liburan alternatif.

Bergesernya gaya berwisata, dari sekadar menikmati pantai Kuta menjadi eksplorasi lebih luas Pulau Dewata ini membuat turis asing dan lokal terus mencari destinasi wisata baru. Kenyamanan, kemudahan akses, dan penawaran aneka fasilitas yang memberikan pengalaman berbeda berwisata di Bali menjadi kebutuhan multak.

Kawasan Pecatu berupaya memenuhi kebutuhan itu. Lokasinya berdekatan dengan Pantai Dreamland yang digemari turis asing untuk berselancar atau sun bathing. Berkembangnya waterpark di seputar kawasan ini juga menjadi daya tarik lainnya, selain, tentu saja, Pura Uluwatu, yang ternama dan menjadi tujuan wisata para turis domestik dan internasional.

Aliva Abdullah, CEO Dwainvestama, yang menjadi salah satu pengembang di kawasan ini,  mengatakan selalu ada celah pasar di Bali, baik dari kalangan domestik maupun internasional. Selain infrastruktur terus berkembang, kelas menengah di Indonesia juga terus bertambah. Hal itu ditandai dengan semakin seringnya orang berwisata ke Bali.

Dampaknya, kata Aliva, wisatawan lokal pun mulai mengeksplorasi Bali. Mereka tak hanya datang ke Bali untuk menyambangi Pantai Kuta, misalnya, tetapi juga ke kawasan Pecatu sebagai salah satu alternatifnya.

"Dulu, wisatawan lokal datang mungkin ke Bali 5-6 tahun sekali. Sekarang, mereka bisa datang sebulan sekali, bahkan setiap akhir pekan. Mereka pun mulai mencari tujuan baru. Agen travel besar pun tidak terlalu menyukai daerah wisata yang ramai. Dan, memang, sulit memandu grup wisata yang besar ke tempat ramai. Kawasan yang agak lebih terpencil menjadi sasarannya, termasuk di Pecatu," kata Aliva kepada Kompas.com di hotel Centra Taum, Seminyak, Bali, pekan lalu. 

"Sementara turis asing mengunjungi Bali dalam waktu lebih panjang, berminggu-minggu, dan mereka suka tinggal berlama-lama di hotel, tidak seperti wisatawan lokal yang datang ke Bali untuk jalan-jalan, bukan menikmati fasilitas hotel," tambahnya.

Tantangan

Bagi Aliva, pergeseran gaya wisata dan bertumbuhnya kebutuhan hunian di kawasan Pecatu membuka peluang. Kawasan ini dipilihnya untuk mengembangkan kondotel dan vila bernama Wuku. Vila di atas lahan seluas 1,5 hektar itu hanya berjarak lima menit berjalan kaki dari Pantai Dreamland.

Menurut dia, Pecatu merupakan daerah perbukitan dalam kategori high end yang punya potensi besar ke depan. Lokasi premium dengan akses langsung ke pantai membuatnya percaya diri mengembangkan properti di daerah ini, terutama untuk menyasar investor lokal.

"Kawasan Pecatu cocok untuk turis yang menyukai remote area, pantainya juga bagus untuk surfing. Di bagian depan kawasan ini banyak vila eksklusif, namun pasarnya beragam. Wuku sendiri menyasar kelas menengah atas senilai sekitar 150 Dolar AS per malam," jelas Aliva. 

Dia optimistis, Wuku yang terdiri dari 158 unit kondotel dan 29 vila ini diuntungkan secara kawasan. Namun, kemampuan manajemen untuk mengembangkan properti dengan memberikan fasilitas yang memenuhi kebutuhan tamu, akan sangat menentukan keberhasilan investasi di kawasan ini.

"Menjadi tantangan bagi operator untuk membuat tamu betah. Nantinya, akan ada 3 sampai 4 restoran dengan nuansa berbeda internasional dan makanan otentik Indonesia, club house, juga wedding venue," jelasnya.

Kawasan Pecatu memang menyediakan beragam pilihan hunian, untuk berbagai anggaran penginapan. Selain Wuku, yang rencananya beroperasi Desember 2012, kawasan Pecatu juga dipilih The New Kuta Condotel sebagai hunian yang terjangkau di kawasan high end. Wuku sendiri sudah memasuki tahap akhir pembangunan, ditandai dengan peresmian topping off pada 8 Juli 2012 lalu.

Stella Sari Dewy, General Manager Wuku mengakui, potensi Pecatu menjadi daya tarik bagi investor lokal maupun asing. Dari 70 persen unit kondotel yang ditawarkan kepada publik, lebih dari 90 persen sudah terjual. Investor lokal mendominasi kepemilikan properti di Wuku ini. Mereka berasal dari Jakarta, Solo, Semarang, Medan, Makassar, Surabaya dan Bandung.

"Kebanyakan investor adalah repeat buyer, 15 persennya investor baru dan banyak dari kalangan muda. Investor asing untuk kondotel hanya lima persen," jelasnya.

Tak hanya kondotel, investor pun melirik vila Wuku yang saat ini sudah terjual 80 persen. Nilai investasinya sebesar 3,5-4,5 miliar untuk vila, dan 1-3 miliar untuk kondotel.

"Sentra sebagai operator akan mengatur pembagian pendapatan. Skemanya, 60 persen untuk pemilik unit atau investor, dan 40 persen untuk biaya operasional," tutup Stella.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com