Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Embel-embel "Hijau" Hanya Pemanis...

Kompas.com - 03/05/2012, 18:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Properti hijau atau properti ramah lingkungan sudah menjadi tren dan daya tarik di mata konsumen tertentu. Tidak heran, banyak pengembang berlomba-lomba mengklaim proyeknya sebagai properti hijau.

Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI) Naning Adiwoso mengatakan, tren properti hijau mulai terasa di Indonesia dua tahun terakhir ini.

"Dulu orang mencari rumah hanya melihat rumahnya saja, sekarang mulai melihat ada pepohonannya atau tidak," ujar Naning.

GBCI merupakan anggota World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. Sebenarnya, untuk masuk kategori ramah lingkungan, sebuah bangunan tak cukup hanya dengan memiliki taman atau pepohonan. Ada sejumlah kriteria, termasuk desain dan material yang digunakan. Misalnya, tingkat isolasi tepat untuk mengurangi panas yang tidak diinginkan. Ini dilakukan dengan memilih jenis material tepat untuk atap, dinding, pintu, jendela, dan lantai.

Namun, imbuh Naning, desain dan material sendiri hanya berpengaruh 18% terhadap penilaian bangunan hijau. Perilaku penghuninya justru lebih menentukan karena bobotnya 40%.

"Percuma kalau desainnya sudah bagus, tetapi penghuninya menyalakan lampu terus atau membuang sampah berlebihan," ujarnya.

Sayangnya, berdasarkan data GBCI, masih sedikit rumah yang benar-benar menerapkan prinsip bangunan hijau di Indonesia.

"Bisa dihitung dengan jari," ujar Naning.

Alasannya, pengertian bangunan hijau sendiri belum tuntas dan belum semua orang menyadarinya. Padahal, memilih bangunan hijau sebagai tempat tinggal merupakan investasi jangka panjang.

"Dampaknya akan terasa dalam waktu yang lama, seperti kesehatan membaik atau tarif listrik murah," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com