Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program 1.000 "Tower" Mati Suri

Kompas.com - 09/03/2012, 06:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Program 1.000 tower rumah susun sederhana milik (rusunami) yang digulirkan sejak 2007 terasa mati suri. Dari target 1.000 menara, pada 2012 ini baru terbangun 45 tower atau 15.903 unit rusunami.

"Kenyataannya program 1.000 tower ini memang mati suri. Memang, ada kesalahan yang harus dibenahi. Tapi, Kemenpera berusaha untuk meneruskan program ini kembali," kata Lukman Hakim, Asisten Deputi Penyediaan Rumah Tapak dan Rumah Susun Kementerian Perumahan Rakyat dalam seminar nasional "Menyikapi Arah Kebijakan Perumahan Nasional" di Jakarta, Kamis (8/3/2012).

Menurut data Kemenpera tentang kinerja pelaksanaan rusunami tercatat, pengajuan surat minat sebanyak 725 dari 1.000 tower. Dari pengajuan tersebut, baru 45 tower atau 15.903 unit telah terbangun. Adapun 38 tower lainnya atau 16.866 unit masih dalam tahap topping off, kemudian 36 tower atau 15.590 unit masih dalam tahap konstruksi, serta 348 dalam proses perijinan. Melihat realisasi pembangunan rusunami yang masih jauh dari target, program ini dianggap belum matang.

Namun, menurut Zulfi S Koto, President Housing Urban Development Institute, program ini lahir dari kesadaran para pemangku kepentingan akan pentingnya kebutuhan papan bagi masyarakat miskin.

"Awalnya karena banjir hebat tahun 2007, lalu dibuatlah program nasional rumah vertikal. Kalau dibilang tidak matang, saya tidak setuju. Karena ini juga melalui studi meski terkendala banyak regulasi," paparnya.

Pada kesempatan sama, Direktur Utama Perum Perumnas, Himawan Arif, mempersilakan bila Kemenpera hendak melanjutkan program rusunami lagi. Apabila menugaskan perumnas, pihaknya meminta agar lahan di Kemayoran, Jakarta Pusat, seluas 24 hektare mulai diserahkan.

"Dulu diberi 26 hektare waktu kepemimpinan Jusuf Kalla. Lalu, baru terbangun 1,7 hektar. Setelah Wapres dan Gubernur DKI Jakarta diganti, kami disuruh pindah di lahan padat penduduk. Padahal, untuk resettlement 15 hektare butuh Rp 300 miliar," ujarnya.

Selain masalah ketersediaan lahan, Himawan menambahkan, perlu adanya intervensi pemerintah dalam hal kalkulasi biaya. Selama ini kekurangan biaya terjadi karena harga jual bisa diganti dengan insentif atau prasarana sarana umum (PSU).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Berita
Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Berita
Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Ritel
Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Tips
Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Berita
Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Berita
Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Berita
Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Hunian
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com