Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penutupan Ekspor Timbulkan Penumpukan Rotan

Kompas.com - 01/03/2012, 16:43 WIB
Agnes Swetta Br. Pandia

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Larangan ekposr rotan mengakibatkan penumpukan di beebrapa daerah sentra produki di Kalimantan dan Sulawesi. Pada saat bersamaan, pelaku industri di sektor rotak di Pulau Jawa justru kesulitan memperoleh bahan baku .

Ketua Asosiasi Pengusaha dan Eksportir Rotan Seluruh Indonesia (Asperi), Budi Subijanto, di Surabaya, Kamis (1/3/2012), mengatakan, bahan baku rotan justru melimpah. "Tidak benar jika disebutkan rotan langka sehingga harga melambung," katanya.

Menurut Budi, saat ini berapa pun kebutuhan industri bisa dipenuhi, dengan syarat pembelian rotan dilakau secara tunai. Syarat lain, sudah saatnya harga patokan rotan ditetapkan, sehingga petani tahu persis berapa margin dari penjualan rotan.

Kepala Dinas Peridustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Budi Setiawan, mengatakan pula, penutupan ekspor rotan akan mendongkrak kembali industri rotan di Jatim. Apalagi beberapa waktu lalu sempat kesulitan bahan baku rotan, karena cenderung diekspor. Jatim memiliki puluhan industri tapi tak memiliki bahan baku, sehingga sangat tergantung pasokan dari Kalimantan dan Sulawesi .

Utomo, pengusaha rotan khusus keranjang ikan yang diekspor ke Korea Selatan, mengungkapkan, meski ekspor bahan baku mentah rotan sudah ditutup, tidak mudah memperoleh rotan di pasaran.

"Saya harus mengurangi volume produksi hingga 50 persen, karena sulit mendapatkan bahan baku, meski didominasi kulit rotan," ujarnya.

Kelangkaan rotan di pasaran Gresik dan Surabaya, menurut Utomo mengakibatkan harga melambung. Harga rotan yang hampir setiap hari berubah membuat pelaku usaha tidak memproduksi secara maksimal,mesti permintaan banyak.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com