Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisruh Berlanjut, Bisnis Tidak Menciut....

Kompas.com - 31/01/2012, 01:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan yang menimbulkan kisruh terkait Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan (FLPP) tidak akan mempengaruhi pasar properti tahun ini. Bisnis properti akan terus menggeliat antara lain karena proyeksi perekonomian Indonesia terus membaik.

"Pasar properti Indonesia khususnya di Jakarta diprediksikan akan terus bertumbuh secara positif," kata Kepala Riset perusahaan konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle-Procon, Anton Sitorus, dalam siaran pernya di Jakarta, Senin (30/1/2012). Anton mengungkapkan, pertumbuhan permintaan yang terjadi di semua sektor properti sepanjang 2011 diproyeksikan akan terus berlanjut pada 2012. Hal itu juga diperkuat oleh tren penyerapan pasar seperti tingkat penjualan dan aktivitas sewa menyewa yang dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan kenaikan secara bervariasi.

Anton juga memaparkan, beberapa indikator ekonomi seperti Indonesia juga mengalami pertumbuhan GDP stabil pada angka 6,5 persen. Selain itu, inflasi 3,79 persen (y-o-y) yang tercatat pada akhir Desember 2011 juga mengalami penurunan dibandingkan dengan inflasi 4,61 persen yang tercatat pada akhir September 2011. Pertumbuhan perekonomian Indonesia juga diperkirakan akan berada pada kisaran 6,3 - 6,7 persen pada 2012, dan diperkirakan berada pada kisaran 6,4 - 6,8 persen pada 2013.

Sementara itu, kepada Antara, Direktur PT Ciputra Property Tbk, Artadinata Djangkar mengatakan, pertumbuhan sektor properti di Indonesia pada 2012 diperkirakan tetap cerah dan memiliki permintaan yang tinggi seperti yang terjadi pada 2011.

"Permintaan properti tahun ini masih sangat baik," kata Artadinata.

Menurut Artadinata, hal tersebut terindikasi dengan suku bunga yang telah turun pada 2011 ini diperkirakan akan kembali menurun pada 2012. Selain itu, katanya, pertumbuhan sektor properti yang baik juga diperkirakan akan terjadi karena dampak pertumbuhan perekonomian nasional yang sangat kuat.

"Kelesuan dalam perekonomian global juga belum mencapai Indonesia," katanya.

Geliat perkantoran

Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu contoh dari indikasi geliatnya sektor properti yang akan berlangsung hingga sepanjang tahun 2012 ini antara lain adalah tingkat penyerapan ruang kantor komersial di wilayah CBD (Central Business District) Jakarta sepanjang 2011 mencapai rekor tertinggi atau 420 ribu meter persegi.

Menurut Anton, jumlah penyerapan kantor yang mencapai 420 ribu meter persegi atau meningkat hingga sebesar 78 persen dibanding tahun sebelumnya. Ia juga mengemukakan, jumlah tersebut juga dinilai lebih besar dibandingkan dengan saat masa keemasan booming sektor properti yang terjadi pada dekade 90-an sebelum terjadi krisis ekonomi tahun 1997/1998.

Selain itu, lanjutnya, jumlah tingkat hunian pada properti perkantoran di area CBD juga hampir mencapai 90 persen atau mengalami peningkatan yang tajam sejak hanya mengalami tingkat hunian sebesar 79 persen pada tahun 2009. Secara keseluruhan, ujar Anton, tingkat hunian pada tahun 2011 yang mencapai hampir 90 persen itu disebabkan karena tingginya permintaan tetapi dengan jumlah suplai perkantoran yang dinilai masih terbatas untuk CBD.

Selain perkantoran, jumlah properti residensial seperti penjualan kondominium sepanjang 2011 juga meningkat hingga dua kali lipat yang menunjukkan adanya kebangkitan yang kuat dari permintaan pasar. Jumlah kondominium yang terjual di Jakarta hingga periode kuartal keempat tahun 2011 adalah sekitar 8.500 unit, sedangkan penjualan kondominium di ibukota sepanjang 2010 diperkirakan hanya mencapai kurang dari 4.000 unit.

Menurut Kepala Pemasaran Proyek Residensial Jones LaSalle-Procon, Luke Rowe, melonjaknya permintaan kondominium disebabkan karena semakin banyak orang yang memilih tempat tinggal di tengah kota dibandingkan dengan perumahan di pinggiran kota. Salah satu penyebab dari semakin memikatnya hunian seperti kondominium dan apartemen di tengah kota adalah karena relatif bebas dari kemacetan yang dihadapi warga yang komuter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau