KOMPAS.com - Untuk menyediakan mebel daur ulang yang antik, pedagang mebel di Tamansari, Bandung, mencari mebel bekas dari gedung tua, museum, hingga ke luar negeri. Tapi, tak seluruh mebel tua didaur ulang, karena pedagang hanya mencari mebel tua dari kayu-kayu berkualitas.
Terkenal sebagai pusat penjualan mebel murah tidak membuat pedagang mebel di Sentra Tamansari, Bandung, ini menyepelekan kualitas. Mereka menjual mebel daur ulang dari mebel bekas pakai dari kayu yang berkualitas tinggi.
Darmayadi, pemilik toko Lancar Jaya bilang, tak semua mebel bekas atau mebel tua itu terbuat dari kayu berkualitas tinggi. Untuk mencari mebel bekas berkualitas tinggi tersebut, pedagang mesti mengetahui jenis kayu yang digunakan, termasuk bentuk serat kayu pada mebel itu.
Ia memberi contoh, mebel daur ulang yang banyak diminati adalah mebel yang terbuat dari kayu jati belanda, meranti atau kayu kamper. Untuk mendapatkan mebel bekas berkualitas itu tidaklah mudah. Dia harus memiliki banyak jaringan untuk mendapatkannya. Biasanya, ia mendapat pasokan mebel bekas dari pemilik bangunan tua, rumah pejabat diplomatik atau dari museum.
"Jaringan luas dibutuhkan untuk mengetahui sumber mebel bekas itu," terang Darmayadi.
Baru-baru ini, Darmayadi baru saja membeli sebuah kursi bekas dari gedung Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Kursi bekas pakai itu dibeli seharga Rp 2 juta per unit. Ia mengaku berani beli tinggi karena kursi itu terbuat dari kayu eboni bernilai tinggi.
"Setelah didaur ulang, kursi saya jual seharga Rp 7 juta," kata Darmayadi.
Pembeli
Darmayadi menuturkan, pembeli mebel daur ulang kebanyakan penggemar barang antik. Semakin tua dan semakin berkualitas kayu mebel bekas tersebut, semakin banyak kolektor akan memburunya.
Indrawan Hikmawan, pemilik toko mebel Hikmah menempuh cara berbeda untuk mendapatkan pasokan mebel bekas. Karena sudah 20 tahun berkecimpung di dunia mebel, ia bisa mendapatkan mebel bekas dari mancanegara, seperti Italia, Belanda, dan Prancis.