Hal itu disampaikan Ketua Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Institut Pertanian Bogor, Suryadarma Tarigan di Kota Bogor, Senin (14/11).
Menurut dia, dalam kajian yang dilakukan pihaknya tahun ini, diketahui permukiman di daerah hulu Ciliwung yang meliputi Megamendung, Cisarua, dan Ciawi (Kabupaten Bogor) serta sebagian kecil Kecamatan Bogor Timur dan Selatan (Kota Bogor) naik dari 1.521 hektar tahun 2001 menjadi 2.170 hektar.
”Kalau luasan permukiman
Kepala Seksi Program pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung Nurhasni di Bogor menambahkan, debit aliran air di DAS Ciliwung relatif berbanding lurus dengan curah hujan. Karena itu, walaupun curah hujan
”Ini terlihat dari perbandingan debit antara musim kemarau dan hujan yang bisa ratusan kali. Padahal, idealnya kurang dari 50 kali,” tutur Nurhasni.
Debit Sungai Ciliwung maksimal di Katulampa tahun 2000- 2006 bisa 908 persen, atau terendah 179,6 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan debit rata- rata. Tahun 2000, misalnya, debit air tertinggi di Bendung Katulampa 43,1 meter kubik per detik, atau 908 persen lebih tinggi ketimbang debit rata-rata 4,28 meter kubik per detik.
Namun, ia juga mengingatkan, dari hasil kajian BPDAS Citarum- Ciliwung, tidak sepenuhnya laju air permukaan Sungai Ciliwung dari hulu. Dalam kajian itu disebutkan, limpasan air permukaan dari daerah hulu sekitar 3,3 juta meter kubik atau 14,9 persen, sedangkan di tengah 6,11 juta meter kubik (27,54 persen), dan daerah hilir justru terbesar, 12,7 juta meter kubik (57,56 persen).
Sementara itu, untuk mengantisipasi banjir dan longsor, Dinas Sosial Provinsi Banten menggagas terbentuknya keluarga siaga bencana. Melalui program ini, diharapkan pemahaman kebencanaan akan lebih merata hingga tingkat keluarga.