Honolulu, Kompas
Atas permintaan berbagi pengalaman Indonesia melepaskan diri dari krisis ekonomi tahun 1997-1998 dan kembali mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, Presiden Yudhoyono mengemukakan, ”Kami berangkat dari upaya melakukan reformasi dalam berbagai bidang.”
Reformasi pertama-tama dilakukan dengan menata ulang sekaligus melakukan perbaikan pada fundamen ekonomi. Juga dilakukan konsolidasi kekuatan dengan mendorong kerja sama yang lebih baik antara pemerintah dan dunia usaha. Pasar domestik diperkuat dan ekspor ditingkatkan. Investasi domestik dan asing dibuka sebesar-besarnya. Sebagai hasilnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011, misalnya, mencapai 6,5 persen dan tahun depan diharapkan mencapai 7 persen.
Wartawan Kompas
Saat menjawab pertanyaan tentang korupsi yang dirisaukan investor asing, Presiden Yudhoyono mengakui, korupsi adalah tantangan berat bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Sekitar 150 pejabat di Indonesia ditahan karena korupsi. Lembaga antikorupsi diperkuat. Orang kian takut melakukan korupsi.
Presiden Yudhoyono adalah kepala negara ketiga yang tampil di depan forum APEC CEO Summit setelah Presiden China Hu Jintao dan Presiden AS Barack Obama. Indonesia diharapkan menjadi model kehidupan Islam yang moderat. ”Kami ingin terus menjaga sekuat tenaga sikap moderat bangsa kami,” katanya.
Di depan pebisnis yang datang dari 21 negara anggota APEC, termasuk CEO Google Eric Schmidt dan Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati, Presiden Yudhoyono menegaskan, demokrasi tidak perlu dipertentangkan dengan kesejahteraan. ”Indonesia pernah hanya menekankan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan demokrasi, tetapi akhirnya gagal. Sejak reformasi, Indonesia mendorong kemajuan ekonomi dan demokrasi secara paralel,” katanya.
Obama, yang berbicara setelah Hu Jintao, menyatakan kefrustrasian AS atas perilaku perdagangan China yang dinilai tidak adil, termasuk nilai mata uang China yang sengaja dibiarkan rendah.