Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toleransi dari Kampung Pancasila

Kompas.com - 22/08/2011, 04:33 WIB

OLEH ADI SUCIPTO K

Kampung Pancasila? Tentu itu bukan nama yang sebenarnya. Julukan itu muncul seiring dengan suasana harmoni dan sikap toleransi beragama yang ditebarkan warga kampung itu, warga Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. 

Harmoni kerukunan antarumat beragama di Desa Balun sudah ada sejak desa itu lahir dan terus terpelihara hingga saat ini. Kepala Desa Balun Sudarjo mengatakan, tahun 1990-an, saat gencarnya penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Desa Balun menjadi semacam percontohan untuk pelaksanaan program pemerintah itu. Sejak itulah Desa Balun masyhur dengan sebutan Kampung Pancasila.

Desa Balun terletak tidak jauh dari poros utama Surabaya-Tuban. Wilayah Desa Balun seluas 621,103 hektar itu berpenduduk 4.730 jiwa dari 1.234 keluarga. Harmoni desa terasa saat melihat warga mengayuh sepeda mengenakan caping hendak ke sawah atau tambak. Mayoritas warga, yakni 1.466 jiwa, bermata pencarian petani atau petambak.

Ketika menyusuri jalan-jalan sempit di Desa Balun, aroma kebinekaan itu terhirup kuat. Balai Desa Balun terletak sekitar 1 kilometer dari jalan Surabaya-Tuban. Sekitar 200 meter dari balai desa, di situlah terdapat tiga tempat ibadah berupa masjid, gereja, dan pura dalam satu area yang berdekatan.

Di Desa Balun berkembang tiga agama, yakni Islam, Kristen, dan Hindu. Tempat ibadah yang ada berdekatan dengan lapangan desa dengan jarak satu sama lain kurang dari 100 meter. Namun, warga hidup berdampingan secara harmonis dan saling menghargai, termasuk pada momentum Ramadhan.

Di sebelah barat lapangan berdiri Masjid Miftahul Huda berasitektur Timur Tengah dengan nuansa hijau dan kuning. Masih satu kompleks dengan masjid ada bangunan Madrasah Ibtidaiah (MI) Tarbiyatush Shibyan, sementara di kanan masjid ada Sekolah Dasar Negeri Balun.

Di selatan masjid terdapat bangunan berarsitektur Bali, yang dipisahkan jalan lingkungan selebar 4 meter. Bangunan yang menghadap ke selatan itu adalah Pura Sweta Maha Suci, tempat ibadah umat Hindu. Sekitar 70 meter di depan Masjid Miftahul Huda atau di timur lapangan terdapat Greja Kristen Jawi Wetan menghadap ke barat.

Meski hidup dengan keyakinan yang berbeda, bahkan tempat ibadahnya pun dalam satu area, warga saling menghargai.

Salah seorang warga, Suwito (46), merasa nyaman hidup di Desa Balun. Sebagai Muslim, ia berharap situasi rukun damai di desanya bisa dipertahankan agar masyarakat bisa bersama-sama memajukan desa. ”Pembangunan desa akan lebih lancar tanpa ada perselisihan,” tutur Suwito.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com