Bandung,Kompas
”Belum optimalnya penanganan demam berdarah tanpa disadari membuat kasus demam berdarah dengue (DBD) kembali meningkat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati dalam Simposium Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Anak, Sabtu (20/11) di Bandung.
Alma mengatakan, strategi hanya mengandalkan pemantau jentik nyamuk dikhawatirkan sulit menyelesaikan kasus DBD di Jabar. Alasannya, penanganan DBD terbentur banyak tembok, seperti derasnya laju transportasi, migrasi penduduk, dan sifat masyarakat yang lekas bosan dan berpuas diri.
Data Dinas Kesehatan Jabar menyebutkan, kasus tersangka DBD di Jabar mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Bila tahun 2005 penderitanya 17.488 orang per tahun, lima tahun kemudian jumlahnya menjadi 37.861 orang per tahun. Daerah dengan angka kejadian tinggi adalah Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kota Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Depok.
Masyarakat diharapkan tidak sekadar dijadikan obyek, tetapi juga subyek. Caranya, melalui pendekatan antarkeluarga, penggalian karakteristik khas suatu daerah, dan jaminan anggaran dari pemerintah daerah untuk membiayai proses itu.
”Masyarakat diharapkan memiliki tanggung jawab pribadi karena cara penanggulangannya dilakukan atas usulan dan keinginan mereka sendiri,” katanya.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Azhali Manggus Sjahrodji mengimbau masyarakat mengonsumsi obat yang tepat untuk menurunkan demam pada anak, termasuk DBD.
”Cara paling aman, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah menggunakan parasetamol,” ujar Azhali.