Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mal Paragon Dibuka, Persaingan Mal di Semarang Makin Ketat

Kompas.com - 23/04/2010, 15:54 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang memiliki pusat perbelanjaan baru dengan dibukanya Mal Paragon, Kamis (22/4). Persaingan antarmal di Kota Semarang pun menjadi semakin ketat dan memacu pengelola mal lain untuk meningkatkan kualitas.

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo meresmikan Mal Paragon sekaligus melihat beberapa gerai belanja, kuliner, serta bioskop yang ada di mal tersebut. Bangunan Mal Paragon seluas 110.000 meter persegi tersebut berkapasitas sekitar 100 gerai dan sudah terisi 90 persen. Menurut General Manager Mal Paragon Handoyo K Setyadi, pada saat pembukaan mal, sebanyak 80 persen gerai yang ada sudah buka.

"Kelengkapan gerai mendukung fungsi mal yang bukan lagi sebagai tempat belanja, tetapi juga rekreasi," kata Handoyo.

Keunikan arsitektur menjadi salah satu daya tarik Mal Paragon. Misal, plafon mal dibuat dari kaca sehingga sinar matahari dapat masuk menyinari atrium mal.

Secara terpisah, General Manager Mal Ciputra Semarang Sugwantono Tanto menyambut baik hadirnya Mal Paragon. Dengan munculnya mal-mal baru di Kota Semarang, industri modern turut berkembang. Setiap mal ingin berkembang dan konsumen pun mendapatkan pelayanan mal yang semakin memuaskan.

Senior Staff Promotion DP Mal Semarang Andre mengatakan, dengan banyaknya mal, lebih banyak pilihan untuk konsumen. Konsumen pun tidak akan terkonsentrasi di satu mal karena setiap mal punya daya tarik khas.

Meskipun DP Mal berdekatan dengan Mal Paragon di Jalan Pemuda, Andre optimistis DP Mal akan tetap ramai pengunjung. Salah satu strategi untuk mempertahankan jumlah konsumen adalah dengan mengembangkan agenda rutin seperti pameran. "Pameran flora dan fauna sering kami adakan dan sudah banyak pangsa pasarnya," kata Andre.

Namun, Andre tidak menyangkal jika banyak konsumen yang akan tersedot ke Mal Paragon. "Itu tipikal warga Semarang yang akan berbondong-bondong ke tempat yang baru," kata Andre.

Sementara, pakar ekonomi dari Universitas Katolik Soegijapranata Andreas Lako mengatakan, pemerintah dihadapkan pada dua pilihan, yaitu akan melayani kebutuhan konsumen kelas menengah ke atas atau mengembangkan perekonomian rakyat. Jika ingin mengembangkan perekonomian rakyat, jumlah mal perlu dibatasi.

Menurut Andreas, menjamurnya mal dan ritel modern secara otomatis akan menggeser usaha kecil. Di sisi lain, bertumbuhnya ritel modern akan memperbesar pendapatan daerah. "Sekarang tinggal pemerintah akan memilih yang mana," kata Andreas. (Herpin Dewanto Putro/KOMPAS Cetak Lembar Daerah Jawa Tengah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com