Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiket Edmondson, Apa Itu?

Kompas.com - 13/11/2009, 14:00 WIB

PERNAH dengar tiket Edmondson?  Ini adalah tiket kereta api yang terbuat dari karton dengan ukuran sekitar 6 cm x 3 cm. Tiket tipe ini sudah jarang ditemukan karena PT Kereta Api-KA (Persero) sudah mengganti sistem tiket yang pertama kali diperkenalkan tahun 1840-an di Inggris ini dengan tiket sistem komputerisasi. Penggantian sistem tiket dari tiket Edmondson ke sistem komputerisasi itu khususnya dilakukan di stasiun-stasiun besar. Di stasiun-stasiun kecil di berbagai daerah di Pulau Jawa, tiket Edmondson masih dipakai.

Adalah Thomas Edmondson, yang semula hanya perajin furnitur, station master atau semacam kepala stasiun di Newcastle dan Carlisle , Inggris, yang memperkenalkan sistem temuannya pada jalur kereta api Manchester dan Leeds pada tahun 1840-an. Sistem itu adalah sistem validasi pembayaran karcis kereta api serta sistem akunting untuk meningkatkan pendapatan yang kemudian diberi nama sesuai si penemu, Edmondson.

Seiring dengan pembukaan Railway Clearing House  – sebuah organisasi yang dibikin untuk mengatur alokasi pendapatan kolektif dari berbagai perusahaan kereta api – pada 1842, sistem Edmondson pun digunakan sebagai sistem ticketing secara luas. Berbagai item standar pun ditetapkan pada tiket karton itu. Misalnya, besarnya tiket (aslinya 2,5 cm x 5 cm) dan diberi nomor.

Saat stasiun mengeluarkan tiket itu, ada mesin yang akan mencetak tanggal sesuai dengan saat tiket dikeluarkan (mesin stempel tiket). Tiket itu juga dibedakan berdasarkan tujuan dan kelas (bisnis, ekonomi, eksekutif). Pola dan warna tiket dibedakan untuk memudahkan petugas dan calon penumpang membedakan tipe tiket. Intinya, tiket tipe Edmondson merupakan satu sistem ticketing kereta api mulai dari bentuk dan bahan tiket yang mungil, mesin cetak tanggal, hingga ke alat yang biasa digunakan oleh kondektur kereta api untuk memeriksa tiket para penumpang.

Sistem tiket ini kemudian diadopsi oleh beberapa negara di Eropa seperti Czechoslovakia, Perancis, Jerman, Polandia, Swiss, Belanda, bahkan hingga ke luar Eropa seperti Australia, Argentina, dan Hindia Belanda saat Staats Spoorwegen (SS) memperkenalkan sistem tiket itu. Di Inggris, tiket Edmondson digunakan hingga 1990. Di beberapa kota di Inggris, tiket itu bahkan sudah berhenti digunakan pada 1980-an. Belanda, dalam hal ini Nederlandsche Spoorwegen (NS) – perusahaan kereta api –  menghentikan tiket tipe Edmondson pada 1982.     

Negara-negara yang dulu mengadopsi tiket Edmondson, kini sudah secara total meninggalkan sistem tersebut. Swiss masih menggunakan tiket Edmondson di beberapa stasiun hingga Desember 2007. Kini, tiket legendaris itu lebih banyak digunakan sebagai tiket untuk masuk ke wisata kereta api tempo dulu, wisata pusaka (heritage tourism).
Di Indonesia, Museum Kereta Api Ambarawa masih menyimpan mesin stempel tiket atau karcis bermerek Edmondson dari tahun 1923. Di beberapa stasiun kecil yang masih menggunakan tiket tersebut, tentu kita masih bisa melihat seluruh sistem tersebut, mulai dari karcis, mesin stempel, dan alat pengecek tiket milik kondektur.

Semoga, seluruh perlengkapan perkeretaapian tempo dulu tak lantas lenyap tanpa bekas sebelum sempat diselamatkan. Sebelum akhirnya seluruh sistem tiket Edmondson berhenti beroperasi secara total, hendaknya PT KA segera hunting melacak keberadaan peninggalan sistem perkeretaapian masa lalu itu, termasuk peluit, topi dan pakaian masinis serta kondektur untuk disimpan pada museum kereta api. Pabrik pembuat tiket Edmondson pun harus tetap hidup, setidaknya untuk mencetak tiket guna keperluan wisata pusaka (heritage) dan melestarikan pabrik tersebut agar khalayak bisa menengok ke perut pabrik itu sehingga bangunan itu tak dibongkar demi kepentingan bisnis semata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com