Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merindukan Taman Kota yang Indah dan Nyaman

Kompas.com - 27/08/2009, 12:32 WIB

Semakin banyaknya ruang terbuka hijau (RTH) dan taman kota di Bandung ternyata tidak menjadi jaminan semakin terbukanya akses menuju ruang publik yang sehat dan nyaman bagi warga kota. Taman-taman kota pada kenyataannya sekadar menjadi etalase yang sekali lagi menegaskan keangkuhan sebuah kota.

Tengok saja sejumlah taman di Kota Bandung yang ditutup rapat dengan pagar tinggi yang semakin lengkap dengan tulisan "Dilarang memasuki kawasan taman!".

Taman yang mencerminkan kondisi itu, misalnya, taman yang terletak di depan Masjid Istiqomah, Bandung. Taman itu memang tergolong baru ditata sebab sebelumnya hanya berupa hamparan lahan kering. Dalam dua bulan terakhir sejumlah pekerja sibuk menancapkan pagar dan merapikan vegetasi di dalamnya.

Taman yang tepat berada di perempatan Jalan LL RE Martadinata dan Jalan Citarum itu praktis hanya menjadi pemandangan selintas bagi pengendara kendaraan. Layaknya etalase di toko-toko, fungsi taman direduksi menjadi hanya sebagai hiasan kota.

"Kesannya, taman kota menjadi berjarak dari warga kota. Padahal, tujuan awal pembuatan taman kota, selain untuk memperindah kota, juga sebagai ruang publik bagi warga untuk berinteraksi," kata Sobirin, anggota Dewan Pakar dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Rabu (26/8).

Ia mengatakan, banyaknya RTH dan taman kota akan menjadi percuma bila sulit diakses warga. Namun, tindakan memagari taman bisa dimaknai juga sebagai upaya melindungi kelestarian taman kota.

"Upaya memelihara kelestarian taman kota bisa juga dilakukan dengan melibatkan warga di sekitar taman, yakni tanpa perlu menjauhkan taman itu dari warganya sendiri," kata Sobirin.

Ia mencontohkan kondisi Taman Cilaki yang dibiarkan apa adanya dan perawatannya menjadi kewenangan Pemerintah Kota Bandung. "Seharusnya Pemkot berinisiatif melibatkan masyarakat merawat taman kota itu, misalnya dengan mengajak pedagang bunga yang berjualan di sekitar taman atau penduduk yang tempat tinggalnya berdekatan," ujarnya. Melibatkan warga

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat Muhammad Hendarsyah mengatakan, ada banyak forum warga yang bisa dilibatkan untuk menjaga taman kota. "Ada komunitas pencinta taman kota di Bandung, begitu juga dengan forum RW di lingkup terkecil. Mereka bisa diajak merawat taman, misalnya dengan menyiram vegetasi ataupun menghidupkan suasana dengan sejumlah aktivitas di taman," paparnya.

Membangun pagar-pagar tinggi di taman justru tidak mendidik warga untuk ikut memiliki taman kota. Apalagi, kesadaran warga masih rendah terhadap kelestarian taman kota.

Kuncinya, ujar Hendarsyah, justru dengan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, taman kota tidak sekadar menjadi hiasan, tetapi juga menjadi milik warga yang pasti dilindungi dan dirawat. Warga pun mendapati ruang publik yang segar, nyaman, dan indah.

Kerinduan akan taman kota yang nyaman pun dirasakan Arip Rahmat (28), warga Cicadas. "Di lingkungan rumah tidak ada taman. Paling-paling bisa menikmati taman hanya di tengah kota. Suasana taman di Bandung juga masih kurang enak, banyak gelandangan dan PKL," ujarnya. (Rini Kustiasih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com