Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teratai, Elegan di Sudut Taman

Kompas.com - 19/08/2009, 13:14 WIB

KOMPAS.com - Tanaman yang dianggap lambang kesucian ini tak sulit dirawat. Ikuti trik perawatannya, agar teratai Anda tumbuh cantik untuk penghias sudut taman.

Tanaman air ini pernah mencuri perhatian dan digemari banyak orang belasan tahun lalu. Di masa jayanya, harga teratai (Nymphaea) atau waterlily bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Namun, kini pamor teratai sudah agak menurun, dan harganya pun hanya puluhan ribu rupiah saja. Kendati demikian, penggemarnya masih tetap banyak.

Teratai digemari karena keindahan bunganya dan sejak lama dikenal sebagai lambang kesucian. Teratai memiliki sekitar 50 spesies yang tersebar dari wilayah tropis hingga subtropis di seluruh dunia, serta memiliki warna-warna yang cantik, antara lain putih, salem, kuning, pink, hijau, merah, dan ungu. Teratai yang tumbuh di daerah tropis berasal dari Mesir dan dibudidayakan bangsa Cina sejak 1.200 SM. Teratai juga kerap disebut bunga seroja, lotus, atau padma.

Bunga dan daun tanaman ini tumbuh di permukaan air. Jenis teratai yang tersebar di Indonesia, jumlah terbesar masih diimpor dari Jepang (warna salem) dan Bangkok (warna ungu dan pink). "Teratai lokal lebih banyak berwarna putih dan merah. Daunnya banyak, tapi bunganya jarang. Biasanya teratai lokal banyak tumbuh di empang-empang," kata Nina.

Dengan warna bunga serta bentuk daun yang indah, teratai pun sangat menawan dijadikan tanaman interior maupun eksterius. Tanam saja teratai di pot berukuran besar dan letakkan di sudut taman. Namun, dalam merawatnya, ada hal penting yang harus dipenuhi. "Yang penting harus terkena sumber matahari penuh. Simpan teratai di tempat panas, sirami setiap hari, dan dipupuk seminggu sekali," saran Nina Suganda dari Gloryosha Decoration.

Perlu Disiram
Nina yang sudah menggeluti teratai selama 14 tahun, sangat mengenal karakter tanaman air yang satu ini. Untuk menanam teratai, lanjutnya, cukup sediakan lumpur dan baskom atau pot bulat berukuran besar. Teratai yang baru ditanam, kata Nina, boleh langsung dipupuk. Berbeda dengan tanaman lain, yang akan mati bila langsung dipupuk.

Jika media lumpur tak tersedia, boleh menggunakan tanah biasa. "Di Bandung, lumpurnya masih bagus dan langsung dari sawah. Sisa pupuk kimia dari sawah sangat berpengaruh ke pertumbuhan teratai. Di daerah lain belum tentu lumpurnya bagus. Terutama lumpur dari selokan atau got yang banyak berlumut, jadi kurang padat."

Sebagai tanaman air, tentu saja teratai membutuhkan banyak air. Namun, meskipun media tanamnya air, bukan berarti teratai tak perlu disiram, lho! "Banyak orang malas menyiram tanaman, jadi memilih teratai. Padahal, teratai juga harus disiram setiap hari agar tak muncul jentik nyamuk atau air tergenang." Sebaiknya, air harus tetap mengalir di jambangan. Kecuali, jika teratai ditanam di kolam, Nina menyarankan, kolam tetap harus dikuras dan airnya diganti setiap 1-2 minggu sekali.

Perlu diketahui juga, tak selamanya bunga dan daun teratai bisa tumbuh besar dan bagus. Menurut Nina, terkadang teratai mengecil dan jumlah bunganya berkurang. "Tapi jangan takut. Bongkar saja teratainya, potong akarnya dan sisakan 3-5 cm. Siapkan lumpur, lalu tanam lagi. Hasilnya akan bagus lagi. Tanaman air lain juga sama, jangan takut membongkarnya."

Teratai akan tumbuh lebih bagus dan airnya bening jika ditempatkan di daerah panas. "Besar dan kecilnya ukuran teratai, sangat tergantung potnya. Jika potnya besar, bunganya akan tumbuh besar. Sebaliknya, jika potnya kecil, bunganya pun akan tumbuh kecil. Jika diletakkan di kolam besar, bunganya bisa sebesar mangkuk, terutama bunga yang berwarna salem, kuning, dan putih."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com