Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Wilayah Mendorong Kenaikan Harga Tanah

Kompas.com - 18/11/2008, 10:13 WIB

Yogyakarta, KOMPAS - Perkembangan wilayah yang pesat di Sleman selama beberapa tahun terakhir telah membuat harga tanah melonjak hingga lebih dari 100 persen. Harga tanah di pusat-pusat keramaian yang baru bahkan bisa melonjak berlipat ganda. Siswanto, kepala bagian penjualan dan umum di perusahaan pengembang perumahan PT Trimitra Kencana Mataram, mengungkapkan, sejak 2000, harga tanah di Kecamatan Ngaglik, terutama di sekitar Hotel Hyatt Regency, naik hingga lebih dari 10 kali lipat. Pada awal 2000-an, tanah di daerah itu masih dijual sekitar Rp 300.000 per meter persegi. Tahun 2004, harganya menjadi sekitar Rp 800.000 per meter persegi. Kini, harga tanah yang terletak di pinggir jalan utama bisa mencapai Rp 3 juta-Rp 4 juta per meter persegi. Kepala Sub-Bidang Penataan dan Penertiban Badan Pengendalian Pertanahan Daerah (BPPD) Sleman Amperawan Kusjadmikahadi, Senin (17/11) di kantornya, mengatakan, melonjaknya harga tanah itu dipicu tingginya permintaan lahan.

Harga tanah sekarang memang kacau. Nilai sepetak tanah sering kali tidak sesuai dengan harganya yang tinggi, namun tanah itu tetap laku dijual. Akibatnya, harga tanah di sekitarnya juga ikut naik, ujarnya. Perubahan harga tanah, lanjutnya, sulit dikendalikan karena mengikuti mekanisme pasar. Data mengenai harga tanah di Sleman juga sulit disusun karena perubahannya bisa sangat cepat. Konsultan properti dari Satyatama Graha Tara wilayah Yogyakarta, Uswatun Khasanah, mengatakan, melonjaknya harga tanah di Sleman memang mengikuti pertumbuhan wilayah. Harga tanah di daerah yang ramai dan ditunjang dengan kelengkapan fasilitas publik akan semakin tinggi dibandingkan dengan harga tanah di daerah yang kurang berkembang. Tak terjangkau Harga tanah di sekitar Jalan Kaliurang Kilometer 6, misalnya, kini mencapai Rp 5 juta-Rp 6 juta per meter persegi. Di sepanjang jalan ini ada banyak fasilitas mulai dari tempat belanja, rumah makan mewah, dan sebagainya, kata Uswatun.

Dengan harga yang begitu tinggi, tanah di wilayah strategis itu akhirnya tidak terjangkau oleh sebagian besar warga Sleman. Hal itu bisa dilihat dari perkembangan perumahan di Sleman. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Real Estat Indonesia Yogyakarta Remigius Edy Waluyo pernah menyebut harga tanah di DIY terutama di Kabupaten Sleman tertinggi kedua setelah Bali. Rumah-rumah yang dibangun para pengembang akhirnya lebih banyak dibeli oleh warga dari luar daerah. (ARA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com