Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trihatma: Rahasia Sukses APL Benahi Proyek Macet (2)

Kompas.com - 23/03/2011, 16:34 WIB

KOMPAS.com - Trihatma Kusuma Haliman adalah generasi kedua keluarga Haliman, pendiri Podomoro Group. Ayahnya, Anton Haliman, membangun antara lain perumahan Simprug dan Sunter Podomoro. Setelah Trihatma mengendalikan perusahaan ini, di tangan Trihatma lah, Agung Podomoro berkembang menjadi perusahaan pengembang terkemuka di Indonesia.

Agung Podomoro kini sudah dan sedang membangun 59 proyek properti, mulai dari properti untuk masyarakat menengah bawah, menengah, dan menengah atas. Semua segmen pasar dimasuki Agung Podomoro.

Lahir di Jakarta, 6 Januari 1952, Trihatma Kusuma Haliman sempat mengenyam pendidikan di Jerman 1970-1973. Namun sang ayah memanggilnya pulang ke Indonesia untuk membantu mengelola perusahaan properti. “Jadilah saya lulusan universitas APG,” seloroh Trihatma Kusuma Haliman dalam percakapan dengan Kompas.com di Central Park Jakarta, Selasa (22/3/11) sore.

Berikut ini bagian kedua wawancara eksklusif dengan Trihatma Kusuma Haliman, Presiden Direktur Agung Podomoro Land (APL) oleh Robert Adhi Kusumaputra dari Kompas.com selama 100 menit.

Apakah Agung Podomoro melakukan ekspansi ke luar Jakarta?
Beberapa kota di luar Jakarta yang punya potensi bagus adalah Bandung, Makassar, Balikpapan, Samarinda. Kami akan berekspansi ke sana. Jadi Agung Podomoro Land akan ke kota-kota tersebut.

Agung Podomoro Land juga masuk ke Karawang, Jawa Barat. Mengapa Karawang? Kota ini kota lama, di mana cukup banyak orang berada di sekitar Karawang. Banyak petani kaya, tapi kotanya begitu-begitu saja. Ada staf saya yang menjadi tokoh masyarakat di sana bilang pada saya, ada proyek properti yang macet dan disita bank. Saya cek ke sana, ternyata lokasi proyek dekat dengan kota. Proyek itu sudah tidak terurus. Dua bulan lalu kami membeli murah proyek seluas 40 hektar itu. Kami langsung tancap bendera Agung Podomoro, tak lama harga tanah di sana sudah naik tiga kali lipat. Kami bangun perumahan (landed houses).

Kami sepertinya tukang reparasi ya...Seperti juga proyek Senayan City dan Plaza Semanggi, sebelumnya proyek macet. Tapi setelah kami masuk dan kami benahi, Senayan City dan Plaza Semanggi sudah bagus. Plaza Semanggi saya jual ke Lippo karena harganya bagus. Mengapa saya jual? Saya tidak jatuh cinta pada properti saya. Tapi saya lebih cinta pada keluarga saya. Ha-ha-ha.

Apa yang membuat Pak Trihatma sukses mereparasi proyek-proyek macet?
Saya punya motto, living in harmony and peaceful of mind. Orang mau ribut-ribut, saya cuek saja. Mitra usaha saya banyak. Di Senayan City saja, mitra saya ada sebelas orang. So far, kami tidak ribut-ribut.

Saya ambil sisi positifnya saja bahwa banyak mitra artinya sinergi menjadi kuat. Kalau kita hidup dalam harmoni, kita bisa memecahkan persoalan lebih mudah. Peaceful of mind. Ini kunci menjadi besar. Kalau sering berantem, energi malah cepat habis.

Bagaimana Pak Trihatma yakin bisa sukses membangun proyek properti seperti Senayan City di seberang Plaza Senayan yang sudah ada, atau proyek Podomoro City di sebelah Mal Taman Anggrek yang sudah lama ada?
Benar, Senayan City ada di seberang Plaza Senayan, Podomoro City ada di sebelah Mal Taman Anggrek. Mengapa bisa yakin sukses? Saya berpikir keduanya bisa saling melengkapi. Plaza Senayan, mal yang sudah lama dibangun, tak bisa sendirian tumbuh. Kehadiran Senayan City malah membawa tambahan magnet bagi orang datang ke satu kawasan di Senayan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com