BANDUNG, KOMPAS.com - Kampung Adat Naga di Tasikmalaya akan dijadikan percontohan sertifikasi desain arsitektur bangunan hijau dan hemat energi Indonesia. Sertifikasi dilakukan Green Building Council of Indonesia (GBCI).
Rencana ini disampaikan Tondy O Lubis, salah satu pendiri GBCI, dalam seminar "Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di Indonesia", akhir pekan lalu di Kampus Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
GBCI adalah institusi pertama di Indonesia yang berhak melakukan sertifikasi dan rating terhadap bangunan berasitektur hijau dan hemat energi. Institusi yang berada di dalam naungan jaringan besar World Green Building Council ini didukung 21 perusahaan besar di Indonesia.
"Tidak betul bahwa green building itu harus hi tech dan mahal. Buktinya, rumah-rumah adat di Kampung Naga. Ini bisa membuka mata dunia bahwa Indonesia punya warisan bangunan hijau," ujar Direktur Manajemen Fasilitas dan Properti Colliers International Indonesia ini.
Tondy menyatakan kekagumannya akan arsitektur rumah adat di Kampung Naga. Rumah-rumah ini beratap daun ijuk dengan struktur bangunan dari bambu. Desain arsitektur dan interiornya tertata apik sehingga udara dan cahaya tersirkulasi dengan baik.
Dengan desain ini, masyarakat tidak lagi membutuhkan penerangan listrik. Yang mengagumkan, bangunan adat ini tahan gempa besar, seperti gempa Tasikmalaya dua pekan lalu. Tidak ada satu pun bangunan di tempat ini rusak.
Menurut Tondy, bangunan berarsitektur hijau dan hemat energi masih jarang di Indonesia, jauh tertinggal dari negara lain, seperti Malaysia dan Singapura.
"Kita negara miskin, tetapi borosnya minta ampun," ujarnya menggambarkan masih rendahnya kesadaran membuat bangunan hijau di negara ini.
Padahal, menurut Teguh Satria, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia, aplikasi bangunan hemat energi, misalnya memanfaatkan taman atap, dapat menurunkan suhu ruangan hingga 8 derajat celcius. Ini berimplikasi pada efisiensi penggunaan tenaga listrik untuk pendingin udara. (jon)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.